Strategi Suplementasi Daun Tanaman Untuk Memacu Produktivitas Ternak Domba

Main Author: Marhaeniyanto, Eko
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/159009/
Daftar Isi:
  • Daun tanaman berpotensi digunakan sebagai bahan penyusun pakan suplemen sumber protein. Di samping itu daun tanaman mengandung senyawa sekunder condensed tannin (CT) dan saponin. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menentukan strategi suplementasi daun tanaman dan untuk meningkatkan produktivitas ternak domba.Tujuan khusus penelitian sebagai berikut : (1). Identifikasi dan memilih daun tanaman yang potensial sebagai pakan sumber protein, sumber ekstrak CT dan sumber saponin, (2). Mengevaluasi penggunaan ekstrak CT, ekstrak saponin serta kombinasi ekstrak CT dan ekstrak saponin dari daun tanaman terhadap proses fermentasi pakan, (3). Menentukan komposisi terbaik suplementasi daun tanaman sebagai bahan penyusun konsentrat dalam pakan untuk menghasilkan proses fermentasi dengan produksi gas CH4 rendah. (4). Menentukan komposisi terbaik suplementasi daun tanaman sebagai bahan penyusun konsentrat dalam pakan untuk meningkatkan produktivitas domba . Hasil penelitian ini diharapkan (1). Sebagai sumber informasi ilmiah strategi suplementasi daun tanaman dalam meningkatkan produktivitas ternak domba, (2). Dapat digunakan sebagai arah kebijakan pemanfaatan daun tanaman untuk mendukung program swasembada daging dan pengembangan peternakan yang berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan dalam 5 tahap. Pelaksanaan penelitian kesatu, kedua, ketiga dan keempat dilakukan secara in-vitro, sedangkan penelitian kelima dilakukan secara in-vivo. Penelitian kesatu, kedua dan ketiga bertujuan untuk menseleksi daun tanaman sumber protein, CT, saponin dengan produksi gas CH4 rendah yang akan dipergunakan sebagai bahan penyusun konsentrat, sedangkan penelitian keempat dan kelima adalah penelitian terapan penggunaan daun tanaman terpilih sebagai bahan penyusun konsentrat untuk memacu produktivitas ternak domba. Metode in-vitro yang digunakan adalah teknik yang dikembangkan oleh Makkar et al. , (1997). Manipulasi fermentasi secara in-vitro untuk memilih daun tanaman yang dapat memacu produktivitas ternak diukur dari variabel (a) Kandungan nutrien bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar (PK), serat kasar (SK), lemak kasar (LK), n eutral detergent fibre (NDF), acid detergent fibre (ADF) (b). degradasi nutrisi yang meliputi degradasi BK, degradasi BO, (c). produksi gas yang dihasilkan pada inkubasi 2, 4, 6. 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 24, 48 jam, (d). produksi gas CH4 yang diukur pada 12 dan 24 jam, (e). produksi biomasa mikroba diukur setelah 48 jam inkubasi, (f). nilai pH media inkubasi diukur pada 4, 12 dan 24 jam, (g). konsentrasi NH3 media inkubasi diukur pada 4, 12 dan 24 jam, (h). populasi protozoa rumen yang diukur pada waktu inkubasi 4, 12 dan 24 jam. Hasil penelitian kesatu, dari 17 daun tanaman terdapat tiga spesies yang memiliki kandungan protein kurang dari 18%, yaitu daun mahoni, piara paying dan kopi; sementara yang lain bervariasi antara 18,5 dan 36,5 %. Tidak semua daun tanaman dengan kandungan protein kasar yang tinggi (18%) dapat dikategorikan sebagai sumber suplemen protein karena nilai degradasinya yang relatif lebih rendah (degradasi BK dan BO 30 %) seperti kaliandra; flemingia. Daun tanaman yang potensi untuk menekan produksi gas metana hanya empat spesies, yaitu kaliandra, katuk, kelor dan trembesi karena menghasilkan produksi gas CH4 kurang dari 1 %. Penekanan gas CH4 tidak signifikan terkait dengan pengurangan jumlah protozoa, kecuali dari daun trembesi. Identifikasi dan memilih daun tanaman yang potensial sebagai pakan ternak sumber ekstrak CT dan sumber saponin diawali dengan melakukan proses ekstraksi sampel daun tanaman. Proses ekstraksi CT menggunakan pelarut utama aseton sedangkan proses ekstraksi saponin menggunakan pelarut utama methanol. Hasil ekstrak dianalisis kandungan total phenol (TP), total tannin (TT) dan condensed tannin (CT) dan total saponin. Pada penelitian kedua, untuk mengevaluasi penggunaan ekstrak CT, ekstrak saponin serta kombinasi penggunaan ekstrak CT dan ekstrak saponin dari daun tanaman pada pakan terhadap proses fermentasi. Kandungan penggunaan ekstrak CT 4% dari daun trembesi menyebabkan penurunan degradasi BK dan degradasi BO pakan kontrol sebesar 9%, masing masing dari 65,12% dan 68,22% menjadi 55,4% dan 59,8%. Penggunaan ekstrak saponin 1% dari daun kelor dapat menurunkan degradasi BK dan degradasi BO pakan kontrol sebesar 9%, masing masing dari 65,12% dan 68,22% menjadi 55,6% dan 58,9%. Diperlukan pengujian lebih lanjut pengaruh kombinasi penggunaan ekstrak CT dari daun trembesi dan ekstrak saponin dari daun kelor terhadap produk fermentasi pakan kontrol secara in-vitro . Manipulasi fermentasi dengan menggunakan 4% ekstrak CT dari daun trembesi dan 1% saponin dari daun kelor pada pakan menunjukkan nilai degradasi BK 64,3±0,54%, nilai degradasi BO 65,1±0,78%, pH 6,80 konsentrasi NH3 ± 7mg/100 ml cairan rumen serta data-data produksi gas total, produksi gas CH4, produksi biomasa mikroba, produksi VFA yang tidak berbeda dengan produk fermentasi pakan kontrol. Penggunaan ekstrak daun tanaman dipandang tidak efektif untuk dijadikan strategi suplementasi pakan ternak domba, karena memerlukan biaya mahal dan secara teknis rumit. Untuk itu hasil penelitian ketiga ini menjadi dasar untuk memilih daun trembesi dan daun kelor karena berpotensi menghasilkan proses fermentasi dengan produksi gas CH4 rendah. Hasil penelitian keempat bahwa penggunaan pakan konsentrat (komposisi daun kelor 30% : daun trembesi 10% : bungkil kelapa 45% : onggok 15%) dengan proporsi pemberian konsentrat 50% : hijauan 50% menghasilkan proses fermentasi dengan produksi gas CH4 yang rendah. Indikator proses fermentasi pada inkubasi 48 jam ditunjukkan dengan nilai degradasi BK 66,36%, degradasi BO 70,41%, produksi gas 94,83 ml, biomasa mikroba 46 mg/0,5gBK, pH 6,67, konsentrasi NH3 7,48-8,29 mg/100 ml cairan rumen dan proporsi VFA (C2:C3:C4 yaitu 65:26:9) serta menghasilkan produksi gas CH4 paling rendah ( 1% inkubasi 24 jam), dengan rata-rata penurunan produksi gas CH4 hingga 34% dari total produksi gas yang dihasilkan. Penelitian lebih lanjut dilakukan evaluasi penggunaan daun kelor 30% : daun trembesi 10% dalam pakan konsentrat pakan ternak ruminansia. Hasil penelitian kelima bahwa suplementasi daun kelor 30%, daun trembesi 10% dalam pakan konsentrat (PK 18%) yang diberikan sebanyak 1%BB dengan pakan basal hijauan jagung mampu meningkatkan efesiensi penggunaan pakan terbaik, dilihat dari nilai nilai KcBK 68,12±4,57%, KcBO 69,30±4,22%, KcPK 68,50±4,74%, retensi nitrogen 0,84±0,09 g/kgBB0,75, nilai biologis 88,21±4,08%, hasil metabolit darah berada pada kisaran ternak sehat, dan pertambahan bobot badan 87,68±18,27 g/ekor/hari, nilai konversi pakan 6,28±1,20 serta nilai income over feed cost (IOFC) sebesar Rp. 147.329/ekor/100 hari. Kesimpulan umum strategi untuk meningkatkan produktivitas ternak domba dalam penelitian ini yaitu dengan suplementasi daun kelor 30% dan daun trembesi 10% dalam pakan konsentrat, kandungan PK konsentrat 18% yang diberikan sebanyak 1%BB dengan pakan basal hijauan jagung. Strategi tersebut didasarkan atas kesimpulan bahwa : (1). Daun tanaman kelor dan daun trembesi potensial sebagai pakan ternak sumber protein, sumber ekstrak CT dan saponin serta menurunkan produksi gas CH4. Daun trembesi potensial sebagai pakan ternak sumber ekstrak CT sedangkan daun tanaman yang potensial sebagai sumber saponin adalah daun sengon, kelor, flemingia, gamal, kaliandra dan randu. (2). Penggunaan ekstrak CT dari daun trembesi, ekstrak saponin dari daun kelor serta kombinasi ekstrak CT dari daun trembesi dan ekstrak saponin dari daun kelor mengakibatkan penurunan degradasi pakan. (3). Penggunaan daun kelor dan daun trembesi sebagai bahan penyusun dalam pakan konsentrat dapat menghasilkan pr