Tampilan Reproduksi Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Beku Hasil Sexing pada Sapi Persilangan Ongole di Peternakan Rakyat
Main Author: | Wahyudi, Lieyo |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/158981/ |
Daftar Isi:
- Pemanfaatan sexing merupakan pilihan tepat untuk mendukung peran IB dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha peternakan. Teknologi sexing diharapkan mampu menghasilkan ternak dengan jenis kelamin sesuai harapan. Adanya teknologi sexing ini diharapkan menjadi solusi jitu dan mampu meningkatkan populasi sapi potong berjenis kelamin jantan sebagai bakalan untuk digemukkan dan lebih lanjut sebagai penghasil daging. Terdapat berbagai macam metode sexing , namun metode sexing yang dipilih adalah sedimentasi putih telur dan metode Sentrifugasi Gradien Densitas Percol karena mudah diaplikasikan, akan tetapi belum banyak bentuk aplikasi semen beku hasil sexing spermatozoa di lapang pada skala peternak rakyat dengan kondisi pemeliharaan yang tradisional, sehingga dengan kegiatan penelitian dan eksperimental diharapkan dapat membuktikan efektifitasan semen beku hasil sexing tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing metode sedimentasi putih telur dan SGDP berdasarkan NRR, S/C, CR, dan hasil PKB, selain itu untuk mengetahui pengaruh pakan terhadap kebuntingan setelah dilakukan IB. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai bulan September 2013, tepatnya di Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen beku hasil sexing dengan metode sedimentasi putih telur dan SGDP yang diproduksi di Teaching Farm Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. Total akseptor IB sejumlah 81 ekor terbagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu P0 (kelompok IB dengan semen beku non sexing); P1(Kelompok IB dengan semen beku hasil sexing sedimentasi putih telur) P2 (Kelompok IB dengan semen beku hasil sexing SGDP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa NRR P0 sebesar 74.07 ± 0.00%; P1 sebesar 65.43 ± 5.66% dan P2 sebesar 64.19 ± 8.56%. Non Return Rate pada berbagai perlakuan tidak berbeda nyata (P0,05). Hasil pemeriksaan kebuntingan dengan metode palpasi rektal menunjukkan persentase kebuntingan yang lebih rendah dibandingkan dengan metode pengamatan NRR. Persentase kebuntingan sapi yang tertinggi adalah P0 yakni sebesar 59,25%, disusul P2 sebesar 51,85% dan terendah adalah P1 yakni 44,44%. Sedangkan nilai S/C terbaik adalah P0 yakni 2,31, disusul P2 yakni 3.00 dan yang terjelek adalah P1 yakni 3.33. Lebih lanjut pada persentase CR yang terbaik adalah P0 sebesar 44%, kemudian P2 sebesar 25,91% dan yang terjelek adalah P1 sebesar 18,51%. Nilai S/C maupun CR pada berbagai perlakuan tidak berbeda nyata (P0,05). Rataan bobot badan akseptor IB pada P0,P1 dan P2 dalam satuan (Kg) berturut-turut adalah 326, 97 ±78,90; 302,08 ± 52,78 dan 339,76 ± 91,92. Hasil perhitungan pakan berdasarkan uji proksimat dapat diketahui bahwa rataan pemberian BK pada P0, P1 dan P2 dalam satuan (Kg/ekor/hari) berturut-turut adalah 8,26 ± 0,92; 8,79 ± 1,16 dan 8,41± 0,96. Rataan pemberian PK pada P0, P1 dan P2 dalam satuan (Kg/ekor/hari) berturut-turut adalah 0,50 ± 0,08; 0,57 ± 0,10 dan 0,51 ± 0.07. Pemberian BK bada berbagai perlakuan tidak berbeda nyata (P0,05) sedangkan pemberian PK pada berbagai perlakuan berbeda nyata (P 0,05). Perlakuan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode SGDP memberikan persentase kebuntingan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sedimentasi putih telur. Namun demikian, persentase kebuntingan hasil IB menggunakan semen beku hasil sexing lebih rendah dibandingkan persentase kebuntingan hasil IB menggunakan semen beku non sexing .