Pengaruh Pengencer Andromed dan CEP-2 Ditambah Kuning Telur 10% terhadap Kualitas dan Membran Spermatozoa Sapi Setelah Sexing dengan Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll (SGDP)
Main Author: | Diliyana, YudhaFika |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/158976/ |
Daftar Isi:
- Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu bioteknologi reproduksi yang telah diterima masyarakat dan berkembang pesat saat ini dalam meningkatkan produksi ternak serta meningkatkan mutu genetis ternak. Penerapan bioteknologi khususnya dengan menggunakan semen hasil sexing dengan metode sentrifugasi gradien densitas percoll (SGDP). Proses sentrifugasi dalam pemisahan spermatozoa dapat menyebabkan kerusakan membran yaitu permeabilitas membran semakin menurun. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kualitas spermatozoa agar tetap baik dan untuk mencegah kerusakan membran spermatozoa setelah sentrifugasi adalah adanya pengencer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengencer andromed dan CEP-2 ditambah kuning telur 10% dalam menjaga kualitas dan membran spermatozoa setelah sexing dengan sentrifugasi gradien densitas percoll (SGDP). Sampel semen segar dalam penelitian diambil dari Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) singosari- Malang, dengan kriteria motilitas ≥ 70%. Sampel semen sebelum digunakan penelitian di uji kualitasnya terlebih dahulu. Gradien densitas yang digunakan dalam pemisahan spermatozoa (sexing) adalah 10 Gradien yaitu (20%, 25%, 30% , 35%, 40%, 40%, 50%, 55%, 60%, 65%) terdiri dari medium percoll dengan pengan cer andromed atau medium percoll dengan CEP-2 ditambah kuning telur 10%. Gradien densitas percoll (20-65%) kemudian disusun mulai dari densitas tertinggi sampai terendah (dari 65% - 20%) tiap gradien berisi 0,5 ml dan ditambah 1 ml semen, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 2250 rpm selama 7 menit. Hasil sentrifugasi diambil sebanyak 1 ml pada fraksi bawah dan fraksi atas kemudian dipindahkan ke tabung pencuci yang sudah berisi 3 ml pengencer Andomed atau CEP-2 dan disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit. Semen hasil sexing di amati meliputi motilitas, viabilitas, abnormalitas, konsentrasi dan total spermatozoa motil. pengamatan integritas membran diamati dengan menggunakan pewarnaaan Hypoosmotic Swelling Test (HOST), pengamatan spermatozoa belum kapasitasi, kapasitasi dan reaksi akrosom dilakukan dengan pewarnaan Clortetracyclin ( CTC). Hasil dari penelitian ini menunjukkan persentase kualitas dan membran spermatozoa setelah sexing menggunakan pengencer andromed pada fraksi atas dan fraksi bawah meliputi : motilitas (58 ±5,371, 62,5±4,25 %), viabilitas (89,24 ±3,88, 89,60 ± 2,86 %) abnormalitas (14,21 ±7,96, 8,65 ± 3,79 %), konsentrasi (531 ±187,76, 702 ± 272,35 juta/ml) total spermatozoa motil (151, 45 ±49,26, 249,6 ± 92,04 juta/ml) , integritas membran (85,15±5,10, 82,91±7,16) , spermatozoa belum kapasitasi (73,63±6,95, 74,27±2,02 %), kapasitasi (18,62±5,56 , 17,06±2,66 %) dan reaksi akrosom (7,74±1,42, 7,08±1,95%), sama atau tidak berbeda nyata (P0,05) dengan pengencer CEP-2 ditambah kuning telur 10 % pada fraksi atas dan fraksi bawah meliputi: motilitas (52±5,37, 61 ±3,39 %), viabilitas, (88,87 ±3,34, 88,87 ±3,34 %), abnormalitas (12,01 ±3,82, 8,60±3,99 %), konsentrasi (524 ± 197,27, 685 ± 221,37 juta/ml) , total spermatozoa motil (139,73 ± 64,51, 211,43± 76,28 juta/ml) , integritas membran (85,41±4,52, 83,14±1,30%), spermatozoa belum kapasitasi (75,86±2,24, 76,74±3,74 %) , kapasitasi (16,84±4,32 , 16,95±3,81 %) dan reaksi akrosom (6,84±0,84, 6,31±0,75 %). Pengencer andromed dan CEP-2 berpengaruh terhadap kualitas setelah sexing serta dapat menjaga motilitas, viabilitas, konsentrasi tetap tinggi, dan abnormalitas tetap rendah. dan membran spermatozoa. integritas membran, spermatozoa belum kapasitasi tetap tinggi, spermataozoa kapasitasi dan spermatozoa yang mengalami reaksi akrosom tetap rendah.