Karakteristik Senyawa Bioaktif Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS) dari Beberapa Industri Pemurnian serta Peningkatan Skala Saponifikasi pada Separasi Fraksi Tidak Tersabunkan DALMS
Main Author: | Muchlisyiyah, Jhauharotul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/158945/ |
Daftar Isi:
- Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS) adalah hasil samping industri sawit dengan jumlah 3.36% dari total jumlah produksi CPO (Crude Palm Oil). DALMS mengandung senyawa biaktif dalam jumlah yang tinggi diantaranya tokoferol, tokotrienol, stigmasterol, campesterol, dan hidrokarbon skualen. Senyawa bioaktif multikomponen tersebut terdapat pada fraksi tidak tersabunkan dari DALMS sehingga untuk mendapatkannya harus dipisahkan dari fraksi tersabunkan melalui proses saponifikasi. DALMS dihasilkan dari proses pemurnian minyak sawit secara fisik (physical refining). Setiap industri pemurnian minyak sawit diduga memiliki kondisi proses yang berbeda dan minyak berasal dari sumber CPO yang berbeda, sehingga DALMS yang dihasilkan memiliki profil senyawa bioaktif bervariasi. Industri pemurnian minyak sawit di Indonesia belum memanfaatkan DALMS sebagai sumber senyawa bioaktif. Proses saponifikasi DALMS skala pilot plant merupakan penghubung saponifikasi DALMS skala laboratorium menuju skala industri. Melalui proses saponifikasi DALMS dalam skala yang lebih besar diharapkan dapat diproduksi fraksi tidak tersabunkan sebagai sumber berbagai senyawa bioaktif dari hasil samping pemurnian minyak sawit. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu karakterisasi senyawa bioaktif DALMS dari beebrapa industri dan yang kedua adalah scale up pilot plant saponifikasi DALMS. Tahap pertama bertujuan untuk memberikan gambaran profil senyawa bioaktif DALMS dari beberapa industri pemurnian minyak sawit yang ada di Surabaya, Gresik dan Jakarta. Pada penelitian tahap kedua, bertujuan untuk mengkaji peningkatan skala saponifikasi DALMS dalam meghasilkan fraksi tidak tersabunkan dengan kadar ALB yang rendah. Metode yang digunakan dalam penelitian tahap pertama adalah metode survei dan tahap kedua bersifat eksploratif terdiri dari beberapa tahapan. Data pada kedua tahap penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Data penelitian tahap pertama meliputi kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan anisidin, kadar vitamin E (meliputi α tokoferol dan α,γ,δ-tokotrienol), kadar fitosterol (meliputi stigmasterol, campesterol, dan β sitosterol), kadar skualen, kadar koenzim Q10, kadar polikosanol, kadar fraksi tidak tersabunkan, dan kadar asam lemak bebas dari fraksi tidak tersabunkan. Dari penelitian tahap pertama, dilakukan analisa perlakuan terbaik dengan metode zeleny. Dan data untuk penelitian tahap kedua meliputi densitas kalor dan kadar ALB. DALMS dari berbagai industri memiliki karakteristik kimia sebagai berikut kadar asam lemak bebas 85.42-92.93%, bilangan peroksida 1.53-9.47 mek/kg, bilangan anisidin 6.91-30.79, dan kadar fraksi tidak tersabunkan 0.00-3.19%. Senyawa bioaktifnya bervariasi terdiri dari α-tokoferol 8.5-134.62 ppm, α- tokotrienol 11.97-51.63 ppm, δ-tokotrienol 4.56-63.65 ppm, γ-tokotrienol 32.18- 117.98 ppm, total vitamin E 64.70-280.63 ppm, β-sitosterol 381.55-3,575.55 ppm, stigmasterol 10.99-1548.32 ppm, kampesterol 18.96-1,720.30 ppm, total fitosterol 407.00-6,011.72 ppm, skualen 205.73-1,273.64, dan koenzim Q10 dan polikosanol tidak terdeteksi. Hasil saponifikasi selama 40 menit dari ke tiga skala reaktor memiliki titik hasil yang berdekatan satu sama lain. Kedekatan letak ini juga menunjukkan bahwa nilai kadar asam lemak bebas bersifat bebas terhadap peningkatan skala. Hubungan antara kadar asam lemak bebas dan energi/volume dapat ditunjukkan pada persamaan y = 1.274e-0.66x dengan R2 = 0.639. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson, maka hubungan antara densitas kalor dan kadar ALB menunjukkan hubungan berbanding terbalik dengan korelasi kuat dan tingkat signifikansi yang signifikan. Semakin tinggi kandungan energi/volume dari saponifikasi tersebut, maka kandungan asam lemak bebas semakin rendah.