Analisa Neraca Air Permukaan DAS Renggung untuk Memenuhi Kebutuhan Air Irigasi dan Domestik Penduduk Kabupaten Lombok Tengah

Main Author: Zulkipli
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/158818/
Daftar Isi:
  • Untuk mengetahui besarnya potensi dan kebutuhan air serta keseimbangan air dilakukan kajian neraca air DAS Renggung untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan domestik di Kabupaten Lombok Tengah. Dalam penelitian ini besarnya potensi air saat ini sebesar 243,34 juta m 3 yang terdiri dari air sungai sebesar 22,59 juta m 3 dan suplesi dari HLD sebesar 220,75 juta m 3 , dengan curah hujan rerata tahunan sebesar 1.309 mm atau setara dengan 252,51 juta m 3 . Ketersediaan air sungai dihitung berdasarkan debit andalan 80% (Q 80 ) yang didapat dari AWLR Renggung-Ponggong dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2011. Debit ini dijadikan dasar dalam menentukan ketersediaan air dalam DAS Renggung. Hasil analisis menunjukkan bahwa tersedia debit maksimum 3,658 m 3 /det terjadi pada bulan Maret, debit rata-rata 0,721 m 3 /det, debit minimum 0,608 m 3 /det terjadi pada bulan Oktober. Besarnya kebutuhan air multi sektor saat ini sebesar 225,11 juta m 3 . Kebutuhan air multi sektor meliputi: kebutuhan air domestik, irigasi, peternakan, perikanan dan industri yang dibatasi pada Kecamatan yang masuk di dalam DAS, sedangkan analisis ketersediaan air meliputi analisis ketersediaan air hujan dan air permukaan. Besarnya kebutuhan air di DAS Renggung untuk jangka waktu 25 tahun yang akan datang rata-rata sebesar 227,58 juta m 3 , yang meliputi kebutuhan air untuk irigasi 208,40 juta m 3 , kebutuhan air untuk domestik sebesar 7,59 juta m 3 , kebutuhan air untuk peternakan sebesar irigasi 5,40 juta m 3 , kebutuhan air untuk perikanan sebesar irigasi 4,90 juta m 3 , dan kebutuhan air untuk industri sebesar irigasi 1,30 juta m 3 . Proyeksi kebutuhan air dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2031 sesuai dengan standar Indeks Kebutuhan Air (IKA) NSAD Provinsi NTB rata-rata 94,75 % artinya tingkat penggunaan air sudah termasuk dalam kondisi kritis, sedangkan pada tahun 2036 IKA sebesar 101,87 artinya tingkat penggunaan air akan mengalami defisit.