Studi Evaluasi Kapasitas Pengaliran dan Pola Tata Guna Air pada Daerah Irigasi Lereh Kabupaten Jayapura
Main Author: | Rumaropen, Nimbrot |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2012
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/158817/ |
Daftar Isi:
- Daerah Irigasi Lereh atau DI. Lereh secara administratif berada di wilayah Distrik Yapsi Kabupaten Jayapura yang meliputi Kampung Ongan Jaya, Kampung Bumi Sahaja dan Kampung Nawa Mulia. Jaringan Irigasi DI. Lereh memanfaatkan sumber air dari Sungai Nawa melalui Bendung Lereh II dengan sistem gravitasi untuk mengairi areal pertanian seluas ± 2.120 Ha. Masyarakat dari ketiga kampung di DI. Lereh belum memiliki pola tanam yang baku dan metode pemberian air irigasi yang ada dinilai tidak tepat sehingga diperlukan suatu studi evaluasi pola tata guna air yang sesuai untuk DI. Lereh dan evaluasi kapasitas pengaliran dari jaringan irigasi yang ada. Berdasarkan hasil analisa debit andalan 80%, dilakukan analisa neraca air irigasi dengan menggunakan beberapa alternatif pemberian air irigasi dan pola tanam. Metode pemberian air irigasi yang dipakai adalah Metode PU, Metode Stagnant Constant Head (SCH), Metode System of Rice Intensification (SRI) dan Kombinasi Metode SCH dan SRI. Sedangkan alternatif pola tanam yang dipakai adalah Padi-Padi-Palawija, Padi-Padi/Palawija-Palawija dan Padi-Palawija-Palawija. Berdasarkan hasil analisa neraca air irigasi, dibuat rencana pemberian dan pembagian air untuk setiap musim tanam dengan menggunakan menggunakan kriteria FPR dan faktor K. Berdasarkan hasil studi dapat disimpulkan bahwa tata tanam yang dipilih adalah padi - padi dan palawija - palawija dengan kriteria pemberian air cukup 0,12 FPR 0,23. Sedangkan kebutuhan air di lapangan untuk metode SRI adalah dengan tinggi genangan 2 cm dengan Interval pemberian air fase vegetatif 5–8 hari dan fase generatif 7–10 hari diharapkan sudah mencukupi. Sedangkan untuk kapasitas saluran direncanakan mampu mengalirkan debit maksimum sebesar 2300 lt/dt dan debit minimum 300 lt/dt dengan kontrol kecepatan yang diijinkan antara 0,6–1,5 m/dt agar tidak terjadi pengendapan dan penggerusan di saluran irigasi. Operasi pintu intake disesuaikan dengan kebutuhan air untuk masing-masing blok dan harus ditutup apabila elevasi di atas pelimpah mencapai +69,75 m atau saat terjadi Q 1,01th sebesar 35,84m 3 /dt, sedangkan pintu penguras kantong lumpur dioperasikan apabila elevasi tinggi muka air di bangunan ukur sudah melebihi elevasi pada saat debit maksimum untuk kebutuhan irigasi yaitu pada elevasi +68,35 m.