Analisis Teknis pada Sistem Kelistrikan Ambon dengan Adanya Penambahan Pembangkit PLTU 2x15 MW

Main Author: Kastanja, ArnoldJames
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/158629/
Daftar Isi:
  • Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik PT. PLN (Persero) Maluku dan Maluku Utara yang beroperasi di wilayah Ambon, saat ini rata-rata performa mesin pembangkit yang ada sudah sangat menurun, sehinga daya maksimum dari mesin pembangkitnya tidak dapat dicapai. Ditambah adanya kerusakan pada beberapa mesin sehingga tersisa total daya terpasang dikurangi daya pembangkit yang rusak adalah 26,5 MW, yang harus memikul beban puncak sebesar 45 MW. Oleh karena itu untuk tahap pertama sedang dibangun di Desa Waai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara dengan kapasitas pembangkit sebesar 2 X 15 MW. Sementara itu untuk mengantisipasi kekurangan daya listrik yang ada, PT. PLN (Persero) menyewa pembangkit listrik dari PT. WIKA dengan kapasitas daya 25 MW dan PT. SEWATAMA sebesar 16,5 MW. Pembangkit baru ini akan diinjeksikan ke jaringan listrik sistem Ambon melalui titik injeksi terbaik untuk memperbaiki profil tegangan dengan memperhitungkan rugi-rugi daya dan letak geografis Gardu Hubung (GH). GH 41 MG Dua dengan drop tegangan sebesar 5.33 % , GH ini dipilih karena letak geografisnya berada di pingiran pusat kota dan secara langsung terhubung ke semua GH yang profil tegangannya tidak memenuhi standar. Dari hasil simulasi setelah masuknya daya PLTU Waai untuk beban maksimum, terjadi kenaikan tegangan pada semua GH setelah adanya penambahan daya dari PLTU Waai dengan presentasi kenaikan rata-rata untuk skenario 1 line sebesar 0.448 % dan skenario 2 line 1.163 % , a liran daya pada saluran untuk skenario 1 line naik menjadi 63.51 % dan skenario 2 line turun menjadi 41.9 % dari rating saluran, pengurangan losses daya aktif untuk skenario 1 line sebesar 25.54 % dan reaktif sebesar 30.66 %, untuk skenario 2 line terjadi pengurangan losses daya aktif sebesar 33.8 % dan reaktif sebesar 34.3 %. Dari kedua skenario yang dibuat, terlihat skenario 2 line losses nya lebih kecil dari skenario 1 line . Pada saat terjadi gangguan, sistem daya di Ambon berada dalam kondisi stabil, dimana setelah mengalami gangguan, sudut rotor, frekuensi dan tegangan dapat kembali pada operasi normalnya. Waktu pemutusan kritis generator lebih lama jika dibandingkan dengan waktu pemutus kritis sebelum penambahan PLTU Waai.