Rancangan Model Komunikasi Orang Tua dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak Autis sebagai Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Fenomenologi pada Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Elian Center Purwokerto)
Main Author: | Dwi, FariskaAnggiWulan |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/158582/ |
Daftar Isi:
- Autisme adalah permasalahan baru bagi masyarakat Indonesia. Sebagian besar orang tua malu untuk mengatakan anaknya adalah penderita autism e. Bahkan di antara para orang tua menganggap bahwa memiliki anak autis merupakan aib yang harus ditutup-tutupi. Tidak semua orang tua menyadari keunikan anak-anak autis , banyak diantara orang tua yang menganggap bahwa potensi anak autis tidak mungkin berkembang. Tidaklah heran apabila di Indonesia anak autis tidak dapat berkontribusi dengan baik di lingkungan masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi interpersonal dan interaksionisme simbolik. Komunikasi interpersonal membantu orang tua dalam menjalin hubungan dengan anak, mengajarkan anak memahami sikap dasar sebagai seorang manusia, dan hal-hal umum lainnya dalam kehidupan bermasyarakat . Sedangkan Interaksionisme simbolik digunakan sebagai dasar untuk memahami bagaimana pikiran ( mind ), diri ( self ), dan masyarakat ( society ) berperan dalam meningkatkan potensi diri anak autis. Sehingga anak-anak autis dapat memiliki peluang yang sama dengan anak-anak lainnya untuk menjadi next Isaac Newton dan Albert Einstein . Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi. Penelitian dengan metode kualitatif fenomenologi bersifat induktif. Pendekatan yang dipakai adalah deskriptif yang dikembangkan dari filsafat fenomenologi. Tujuan penelitian fenomenologi adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman apa yang dialami seseorang dalam kehidupan, termasuk interaksinya dengan orang lain. Menurut peneliti pendekatan kualitatif fenomenologi dapat membantu mengeksplorasi dan memahami makna-makna serta pesan-pesan yang terjadi secara mendalam pada saat proses komunikasi berlangsung antara orang tua dan anak autis sebagai upaya meningkatkan potensi anak autis. Selain itu, pendekatan kualitatif memiliki struktur atau krangka yang lebih fleksibel, sehingga peneliti dapat dengan mudah memaparkan dan menjelaskan rancangan model komunikasi orang tua dalam meningkatkan potensi diri anak autis yang cenderung kompleks. Lokasi penelitian adalah di LKP Elian Center Purwokerto, Banyumas-Jawa Tengah. Informan dari penelitian ini adalah 4 orang anak autis beserta orang tuanya, 2 orang terapis dan 1 orang Dokter spesialistik yang memiliki spesialisasi dalam diagnosis dan penanganan gangguan emosional dan kejiwaan (Psikiater) yang telah menjadi rekanan LKP Elian Center Purwokerto . Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak autis memiliki beragam ciri atau gangguan komunikasi yang menyertainya. Beberapa ciri atau gangguan tersebut tidak semuanya dimiliki oleh satu orang anak autis. Beragam ciri atau gangguan komunikasi yang dipaparkan dalam penelitian ini hanya bersikap menyeluruh atau komprehensif. Rancangan model komunikasi yang peneliti paparkan dalam penelitian ini memiliki 2 tujuan. (1) Komunikasi dilakukan orang tua untuk mengajari anak, dengan tahapan mengenalkan , menirukan dan mengidentifikasikan ; (2) Komunikasi digunakan orang tua untuk mengatasi emosi anak, dengan tahapan menjelaskan , menghentikan , dan mengalihkan .