Pengaruh Endorphin Massage Terhadap Peningkatan Kadar β-Endorphin Pada Ibu Yang Terdeteksi Postpartum Blues Dengan Skrining EPDS (Edinburgh Post Partum Depression Scale) di Rumah Bersalin Pertiwi Maka

Main Author: Hidayati
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/158569/
Daftar Isi:
  • Postpartum blues merupakan fenomena yang terjadi pada minggu pertama postpartum , puncak gejalanya terjadi pada hari ke 2 sampai hari ke 7 postpartum dengan durasi mulai beberapa jam sampai beberapa hari. Postpartum blues dikategorikan sebagai gangguan mental yang ringan sehingga sering tidak dipedulikan, tidak terdiagnosa, dan akhirnya tidak tertangani, keadaan ini akan membuat perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, sehingga mempunyai dampak lebih buruk dan dapat berlanjut menjadi depresi pascasalin. Postpartum blues dapat dideteksi dengan skrining EPDS (Edinburgh Postpartum Depression Scale) . Kuesioner EPDS adalah suatu instrumen yang digunakan pada pelayanan kesehatan untuk mengidentifikasi dan menskrining depresi postpartum . Edinburgh Postpartum Depression Scale telah dikenal dengan baik, telah teruji dan divalidasi terhadap kriteria penelitian diagnostik untuk depresi. Edinburgh Postpartum Depression Scale telah digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia. Skala ini menilai intensitas gejala depresi yang ada dalam tujuh hari postpartum . Instrumen ini tidak dapat mengkonfirmasi diagnosis depresi, namun secara luas digunakan untuk menunjukkan kemungkinan gangguan depresi. Edinburgh Postpartum Depression Scale tidak untuk menskrining pasien yang berisiko untuk menjadi depresi di masa depan, tetapi akan mengidentifikasi depresi ringan dan mencegah gangguan berkepanjangan yang parah. Instrumen ini telah digunakan dengan baik dalam klinis dan studi epidemiologi, dan umumnya diterima dengan baik oleh wanita. Gejala yang umum dari postpartum blues berupa gangguan mood, cemas, rasa sedih, mudah marah, dan juga ditandai dengan kadar β endorphin yang rendah. Endorphins adalah senya wa polipeptida opioid endogenous, yang merupakan salah satu neurotransmiter di otak. β endorphin dihasilkan oleh kelenjar pituitari dan hipotalamus pada manusia. Salah satu teknik untuk menstimulasi pelepasan β-endorphin adalah dengan endorphin massage, yaitu suatu teknik sentuhan dan pemijatan ringan. Teknik ini bisa dipakai untuk mengurangi nyeri selama persalinan, rasa tidak nyaman, menormalkan denyut jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Endorphin massage juga dapat meningkatkan senyawa biokimia seperti serotonin dan mengurangi kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek endorphin massage terhadap peningkatan kadar β -endorphin dan penurunan skor EPDS, serta untuk menentukan korelasi antara kadar β -endorphin dan skor EPDS pada ibu yang terdeteksi postpartum blues . Penelitian ini merupakan jenis penelitian pre eksperimen dengan model pendekatan pre test post test one group design yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok tanpa kelompok pembanding. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Bersalin Pertiwi Makassar selama periode September – Desember 2013. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 157 orang. Skrining postpartum blues dilakukan dengan menggunakan EPDS. Skala ini terdiri dari 10 pertanyaan mengenai bagaimana perasaan pasien dalam 7 hari terakhir postpartum , Setiap pertanyaan diberi 4 skala poin dengan rentang 0-3. Nilai total skala adalah 30. Dalam penelitian ini menggunakan cutoff point 9/10. Skor 0-9, mengindikasikan tidak ada gejala postpartum blues ;10-30, mengindikasikan adanya gejala postpartum blues atau depresi. Dalam penelitian ini menggunakan instrument EPDS versi Indonesia yang telah diterjemahkan dan divalidasi pada wanita postpartum. Ibu yang terdeteksi postpartum blues selanjutnya dilakukan pengambilan darah pertama untuk menentukan kadar β endorphin sebelum dilakukan perlakuan. Perlakuan berupa endorphin massage diberikan sebanyak 4 kali oleh peneliti sejak hari ketiga sampai hari ketujuh pasca salin. Pengambilan darah kedua dilakukan segera setelah perlakuan yang keempat untuk menentukan kadar β endorphin setelah diberikan endorphin massage . Penentuan kadar β endorphin menggunakan metode ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) . Dalam penelitian ini menggunakan Human β -Endorphin ELISA Kit, REF. DZE30867, LOT. 201306, produsen Asmausco Pharma, Co.,Ltd, dengan Assay Range 75 ng/L – 2400 ng/L. Data yang terkumpul kemudian diolah menggunakan analisis statistik dengan bantuan SPSS 17. Dari hasil uji normalitas didapatkan data tidak berdistribusi normal sehingga untuk membandingkan perubahan -endorphin sebelum dan sesudah perlakuan digunakan Wilcoxon signedrank test dan uji korelasi - endorphin dan skor EPDS. Dalam analisis data digunakan uji nonparametrik karena ukuran sampel dalam penelitian ini kecil dan adanya variasi yang besar pada pengukuran -endorphin dan skor EPDS. Variasi yang besar ini dapat menjadi penyebab data tidak berdistribusi normal. Dari hasil penelitian diperoleh rerata (SD) kadar β -endorphin (ng/L) dan skor EPDS sebelum dan sesudah pemberian endorphin massage masingmasing adalah 1241,47 (1701,91) dan 1929,96 (2617,93), 14,60 (3,79) dan 9,15 (4,160). Hasil analisis dengan Wilcoxon signed rank test menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan endorphin massage terhadap peningkatan kadar β endorphin dan penurunan skor EPDS. Hasil analisis juga menemukan adanya korelasi yang kuat antara kadar β endorphin dan skor EPDS (p = 0,02; R = 0,517), dimana semakin tinggi kadar β endorphin maka semakin rendah skor EPDS atau sebaliknya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemeberian β endorphin efektif mengurangi gejala postpartum blues. Hasil penelitian ini juga mendukung endorphin massage sebagai terapi alternatif dalam praktik kebidanan untuk penatalaksanaan postpartum blues