Hubungan antara Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) dengan Kolesteatom dan Gangguan Pengecapan

Main Author: Yammin, LusianaHerawati
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/158533/
Daftar Isi:
  • Fungsi pengecapan berperan nyata dalam menikmati makan dan minum.Gangguan pengecapan dapat menyebabkan perubahan kebiasaan makan dan menurunkan kualitas hidup.Persepsi pengecapan diperantarai dan didominasi oleh 2 pasang saraf kranial yaitu cabang N.VII yaitu saraf korda timpani ( chorda tympanic nerve , CTN) yang bergabung dengan saraf lingual yang mempersarafi pengecapan dua pertiga depan lidah, dan N.IX yaitu cabang lingual saraf glosofaring yang mempersarafi bagian belakang lidah.Saraf korda timpani berjalan melalui telinga tengah diantara crus panjang inkus dan manubrium maleus dekat bagian atas membran timpani.Banyak penelitian menunjukkan perubahan pengecapan disebabkan oleh operasi telinga tengah, tetapi hanya sedikit penelitian melaporkan perubahan pengecapan pada penderita dengan otitis media supuratif kronis sebelum operasi. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara OMSK dengan kolesteatom khususnya tingkat kolesteatom dengan tingkat pengecapan, mengetahui ada atau tidaknya penderita OMSK dengan kolesteatom yang mengalami gangguan pengecapan dan mengetahui adanya perubahan pengecapan pada penderita OMSK dengan kolesteatom sebelum dan setelah operasi mastoidektomi. Metode dan bahan: Rancangan penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional , penderita OMSK dengan kolesteatom diperiksa fungsi pengecapan dengan menggunakan tes strip pengecapan satu hari sebelum operasi, satu hari dan hari ke 15 setelah operasi. Penelitian ini melibatkan 18 orang penderita OMSK dengan kolesteatom di Poliklinik Otologi THT RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Hasil penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan bermakna (nilai sig.0,020) OMSK dengan kolesteatom khususnya tingkat kolesteatom dengan tingkat pengecapan. Semakin tinggi tingkat kolesteatom, semakin menurun tingkat pengecapan penderita OMSK dengan kolesteatom (korelasi Spearman, r: -0,543). Penderita OMSK dengan kolesteatom tidak memberikan keluhan perubahan pengecapan, secara objektif penderita OMSK dengan kolesteatom yang mengalami gangguan pengecapan menempati proporsi terbanyak hipogeusia (55,56%) diikuti dengan ageusia (22,22%) sedangkan pengecapan normal (22,22%). Perubahan pengecapan penderita OMSK dengan kolesteatom tidak ada perbedaan bermakna (uji repeated anova, nilai sig. 0,05) sebelum dan setelah operasi. Kesimpulan: Semakin tinggi tingkat kolesteatom pada penderita OMSK dengan kolesteatom semakin menurun tingkat pengecapan. Penderita tidak mengalami keluhan oleh karena Kerja saraf glosofaring normal dihambat oleh korda timpani dalam pengecapan. Hambatan ini hilang bila korda timpani rusak sehingga kerja saraf glosofaring berfungsi sebagai mekanisme kompensasi dan bila terjadi cedera dari salah satu saraf ini tidak mungkin menyebabkan hilangnya pengecapan permanen. Struktur anatomi lidah manusia simetris dan umumnya fungsinya dianggap setara pada kedua sisi. Sebagian besar penderita OMSK dengan kolesteatom sebelum operasi telah terjadi penurunan pengecapan yang disebabkan oleh penyakit OMSK dengan kolesteatom. Pemeriksaan pengecapan diterapkan pada penderita OMSK dengan kolesteatom sebelum dilakukan operasi telinga tengah sehingga mempunyai data dasar untuk menghindari resiko masalah medikolegal dikemudian hari.