Studi Prospektif Kadar Sitokin IL-10 dan IL-17 Plasma Selama Terapi Obat Antituberkulosis dengan Konversi Sputum dan Keberhasilan Terapi Penderita Tuberkulosis Aktif
Main Author: | Emizola, Fitri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/158485/ |
Daftar Isi:
- Latar belakang: Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis . Mycobacterium tuberculosis merupakan salah satu penyebab mortalitas dan perkiraan 1,4 juta kematian pada tahun 2010. Pemeriksaan sputum smear acid fast bacilli pada bulan kedua dan bulan ke enam digunakan untuk evaluasi konversi dan kesembuhan pada pasien yang diterapi TB. Studi ini bertujuan mengetahui perbedaan kadar IL-10 dan IL-17 pada penderita TB paru BTA positif sebelum OAT, 2 bulan dan 6 bulan dihubungkan dengan konversi sputum dan keberhasilan terapi. Metode : 22 penderita TB paru kasus baru BTA positif di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, Indonesia diikutkan dalam prospective observational cohort study. Kadar IL-10 dan IL-17 diukur dengan ELISA kit sebelum OAT, bulan ke-2 pemberian OAT dan bulan ke-6 terapi OAT. Hasil: menunjukkan kadar IL-10 yang tinggi pada penderita TB di bulan ke-0 pengobatan dan menurun secara bertahap tetapi tidak bermakna yang kemudian meningkat lagi kadarnya dibulan keenam. Walaupun demikian fluktuasi kadar IL-10 tidak signifikan dengan pemberian terapi TB (r= 0,25 p-value = 0,212). Kadar IL-17 tinggi pada penderita TB di bulan ke-0 menurun kadarnya hingga akhir pengobatan, kadar IL-17 pada bulan 0 tidak berbeda secara bermakna dibandingkan bulan ke-2 (p=0.143) tetapi berbeda secara bermakna dengan bulan ke-6 (p 0.001). Kadar IL-17 pada bulan ke-2 berbeda secara bermakna dengan kadar IL-17 di bulan ke-6(p=0.024). Perubahan kadar IL-10 dan IL-17 tidak berhubungan dengan konversi sputum diakhir pengobatan, Kesimpulan : perubahan kadar IL-17 berhubungan dengan keberhasilan terapi. Perubahan kadar IL-10 dan IL-17 tidak berhubungan dengan konversi sputum. IL-10 dan IL-17 belum dapat dijadikan biomarker tunggal monitor konversi sputum dan keberhasilan terapi.