Polimorfisme Gen Il-17a Terhadap Kadar Il-17a Dan Perbedaan Kronisitas Penderita Nefritis Lupus (Nl)

Main Author: Ismail, Mahrus
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/158407/
Daftar Isi:
  • Nefritis Lupus (NL) adalah penyakit autoimun dan merupakan komplikasi serius dari Lupus Eritematosus Sistemik (LES). Manifestasi klinis nefritis lupus terjadinya bervariasi, mulai dari asimtomatik mikroskopik hematuria sampai gagal ginjal. Pada etnis Asia dari hasil penelitian disebutkan bahwa nefritis lupus memiliki prognosis lebih buruk dan diperkirakan dapat berakhir dengan gagal ginjal dalam 5 tahun. Selain manifestasi klinis, nefritis lupus dapat ditandai juga dengan derajat kelainan/ kronisitas yang dinilai dari kelas histopatologisnya. Manifestasi tersebut diketahui dapat terjadi dengan adanya banyak mekanisme yang terlibat dalam patogenesis nefritis lupus, diantaranya adalah ekspresi inflamasi dari sitokin yang berperan penting dalam proses terjadinya penyakit. Adapun sitokin yang diduga berperan besar pada proses inflamasi adalah IL-17A. Tingkat ekspresi IL-17A tersebut ternyata dipengaruhi oleh polimorfisme gen IL-17A. Hal ini kemungkinan besar mempengaruhi pada jumlah produksi IL-17A, sehingga jika produksi IL-17A meningkat maka akan mempengaruhi terjadinya inflamasi dan nilai derajat kelainan/ kronisitas nefritis lupus. Untuk mengetahui proses inflamasi tersebut diperlukan integrasi analisis menggunakan penanda molekuler dan klinis. Sehingga tujuan penelitian ini untuk mengetahui kaitan polimorfisme gen IL-17A (rs 2275913) terhadap kadar IL-17A yang diperoleh dari darah dan derajat kelainan/ tingkat kronisitas nefritis lupus yang diperoleh dengan analisis secara klinis. IL-17A adalah sitokin proinflamasi yang memiliki peran pada patogenesis sebagai penyakit autoimun. IL-7A terletak pada kromosom 6p12, terdiri dari 3 ekson dan 2 intron. Beberapa polimorfisme IL-17A telah dilaporkan, namun hanya beberapa saja yang terkait dengan penyakit autoimun, diantaranya hanya polimorfisme gen IL-17A pada promoter G-197A (rs2275913) yang dihubungkan dengan resiko terjadinya rheumatoid arthritis dan colitis ulserativa. Penelitian ini dilakukan secara Cross sectional dengan rancangan kasus kontrol. Jumlah sampel adalah 40 pasien LES yang berkunjung di poliklinik dan bangsal rawat inap bagian penyakit dalam Rumah Sakit Siful Anwar (RSSA) Malang, pasien kasus adalah yang nefritis lupus dan pasien kontrol adalah lupus tanpa nefritis. Polimorfisme gen IL-17A dilakukan dengan isolasi DNA dengan menggunakan metode dari reagen merk promega (Wizard Genomic DNA Purification Promega Kit). Kemudian hasil isolasi DNA diuji secara kualitatif dengan elektroforesis pada gel agarose dan secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer, selanjutnya diamplifikasi menggunakan primer IL-17A forward (5`- TCAAGGTACATGACACCAG AAG-3`) dan primer reverse (5`- GATGAG- TTTGTGCCTGCTATGA-3`). Hasil amplifikasi dipurifikasi dan di Sequencing untuk mengetahui urutan sekuen DNA. Analisis polimorfisme dengan pendekatan bioinformatika yaitu pencarian data basa nucleotida gen SNP IL-17A, kemudian disejajarkan sekuens-sekuens sampel dengan basa SNP dengan alignment menggunakan program Bio-edit. Kadar IL-17A di darah diperiksa dengan metode sandwich enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Derajat kelainan/ kronisitas NL ditetapkan dengan biopsi kelas histopatologi menggunakan Ultrasonografi (USG-Guided). Hipotesis dibuktikan dengan uji normalitas data dan uji homogenitas, dilanjutkan dengan Chi-square, Odds ratio dan korelasi Spearman, menggunakan SPSS for Windows software version 17.0. Hasil penelitian dari 40 sampel pasien Lupus Eritematosus Sistemik (LES) terdiri atas 25 pasien Nefritis Lupus (NL) dengan indeks kronisitas ≥ 1 dan 15 pasien LES atau senilai dengan indeks kronisitas =0. Adapun karakteristik dari data demografi mayoritas subjek berjenis kelamin wanita hal ini karena pengaruh dari faktor hormon seks yang mempengaruhi kerentanan terhadap perkembangan LES. Hasil dari 25 sampel kasus indeks kronisitas rendah (1-4) yaitu sebanyak 80 % dan indeks kronisitas tinggi (4) hanya 20 %. Hasil analisis polimorfisme genotip mutan dari 25 sampel pasien nefritis lupus adalah adanya perubahan dari basa A (SNP IL-17A) menjadi basa G (pada sampel) yang terjadi pada urutan basa 201, dengan uji chi square menunjukkan nilai OR 8,48 (p=0,009). Hal ini dapat diartikan bahwa penderita nefritis lupus dengan genotip yang diduga mutan heterozygot (G) beresiko 8,48 kali untuk mengalami kronisitas lebih berat dibandingkan dengan penderita dengan genotip yang diduga Wild homozygot (A). Uji perbandingan kadar IL-17A dengan perbedaan genotip mutan dan tidak mutan pada alel G dan alel A menghasilkan perbedaan yang signifikan dengan hasil (p; 0,0065) karena nilai (p 0,05) maka terdapat perbedaan bermakna seiring dengan adanya peningkatan kadar IL-17A serum pada kelompok mutan. Sehingga terdapat perbedaan bermakna antara kadar IL-17A pada genotip mutan (G) dan genotip wild (A), hal ini dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu berkorelasi sangat kuat pada gagal ginjal kronis dibandingkan dengan gagal ginjal akut. Adapun hasil antara kadar IL-17A penderita nefritis lupus dengan perbedaan kronisitas yaitu pada Indeks kronisitas rendah nilai rerata 213,25±13,46 pg/ml sedangkan pada Indeks kronisitas tinggi nilai rerata adalah 351,65 ± 39,15 pg/ml dengan angka significancy (p) 0,337 (Nilai p 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kadar IL-17A pada indeks kronisitas tinggi dan indeks kronisitas rendah. Hal ini dimungkinkan sampel yang diukur adalah kadar pada darah bukan pada urin, karena kadar IL-17A yang meningkat dalam urin berhubungan erat dengan kerusakan ginjal kronik, terutama penyakit tubulointerstitial dan glomerulosklerosis.