Pengalaman Perawat Melaksanakan Chain of Survival dalam Penanganan Henti Jantung di IGD RSUP NTB (Studi Fenomenologi)
Main Author: | Andrayani, LaleWisnu |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/158213/ |
Daftar Isi:
- Henti jantung adalah salah satu masalah serius yang merupakan penyebab 30 % kematian diseluruh dunia pada tahun 2009. Angka spesifik insiden henti jantung di rumah sakit dan angka keluar rumah sakit di Indonesia belum pasti, namun dari data Litbangkes RI dalam Wicaksono, et al. (2009) dapat dilihat gambaran angka kematian yang disebabkan serangan jantung di Indonesia mencapai 26-30%, bahkan untuk Jakarta mencapai 42,9 %. Tingginya angka kematian dapat dipahami karena ketika henti jantung terjadi, resusitasi harus dimulai dalam 10 menit untuk menyelamatkan nyawa korban. Dengan demikian kecepatan dan ketepatan dalam tindakan resusitasi merupakan hal pokok dalam upaya penyelamatan nyawa seseorang. Resusitasi adalah hal yang digambarkan sebagai area yang kompleks karena memerlukan kerjasama multidisiplin, tim kerja dan komunikasi yang efektif dalam upaya mencapai tujuan yaitu keselamatan pasien. Pencapaian tujuan yang optimal dari resusitasi dipercaya dapat terjadi ketika pelaksanaannya dilakukan melalui pendekatan chain of survival . Perawat sebagai tenaga kesehatan yang lebih sering menemukan pasien yang mengalami henti jantung memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai kunci untuk membuka rantai pertama. Namun, fenomena umum yang nampak dalam pelaksanaan pendekatan chain of survival dalam penganananan henti jantung adalah kesulitan mengenali henti jantung, RJP yang dilakukan belum berkualitasi tinggi, keraguan dalam menggunakan defibrillator dan komunikasi yang kurang efektif dalam tim. Sebagian dari fenomena tersebut nampak dalam hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di IGD RSUP NTB, meliputi perbedaan teknik RJP, tidak berani menggunakan defibrilasi kecuali atas instruksi dokter, komunikasi cenderung tidak dinamis dalam upaya yang resusitasi yang dikerjakan secara tim. Berbagai aspek fisik dan psikologis perawat dapat menyebabkan kondisi tersebut, dimana hal ini belum tergali dalam penelitian sebelumnya, sehingga tujuan penelitian ini adalah menggali pengalaman perawat ketika melaksanakan perannya dalam chain of survival penanganan henti jantung. Metode yang digunakan adalah desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretif. Fenomenologi interpretif dalam penelitian ini menggunakan teori hermeneutic yaitu pandangan naturalistik untuk memamahami dan menginterpretasi fenomena secara ilmiah melalui kalimat tertulis atau kata-kata. Lokasi penelitian di IGD RSUP NTB dengan jumlah partisipan 9 orang. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam selama kurang lebih 60 menit. Hasil penelitian dianalisis menggunakan 3 tahap dalam metode Miles dan Huberman (1994) memunculkan 9 tema yaitu tindakan mengenali henti jantung dan memanggil bantuan, pelaksaan RJP dengan teknik yang berbeda-beda, pelaksanaan defibrilasi, tindakan ALS , tantangan yang dihadapi partisipan dalam penanganan henti jantung, respon emosional terhadap hambatan, motivasi melakukan penyelamatan, kepuasan setelah berhasil menolong, dan membutuhkan dukungan lembaga untuk berperan profesional. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengalaman perawat sebagai anggota tim resusitasi dalam penanganan henti jantung melalui chain of survival belum optimal akibat berbagai tantangan yang dihadapi dimana perawat merasakannya sebagai ketidakberdayaan karena tidak mampu atau tidak berhasil mengupayakan perbaikan kondisi yang diharapkan. Permasalahan yang dihadapi perawat bersumber dari kurangnya kompetensi, kesulitan bekerja dengan sarana prasarana belum memadai, standar pelayanan tidak jelas, keterlaksanaan tindakan dan kesulitan melakukan tindakan dengan ramainya penunggu pasien, sehingga kedepannya diharapkan institusi lebih proaktif memberikan dukungan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dukungan institusi yang nyata dan optimal melalui berbagai strategi yang ditawarkan dalam saran penelitian ini sangat penting untuk mempertahankan dan meningkatkan motivasi perawat dalam melaksanakan tugasnya, karena ketika seorang perawat berada dalam ketidakberdayaan maka dia tidak dapat memberikan pelayanan optimal sesuai peran yang diharapkan darinya dan ini berarti kerugian bagi pasien, institusi itu sendiri, maupun masyarakat secara luas sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan.