Pengaruh Pemberian Probiotik Lactobacillus Reuteri Terhadap Kadar Ifn-Ɣ Dan Il-10pada Serummencit Nifas Yang Diinduksibakteri Staphylococcus Aureus
Main Author: | MufidaRizaTsalatsatul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/158157/ |
Daftar Isi:
- Masa nifas merupakan penyebab kematian utama pada ibu.Penyebab utama tersebut dikarenakan terjadi perdarahan dan infeksi nifas.Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir, luka tersebut biasanya ringan, tetapi kadang terjadi luka yang luas dan berbahaya.Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan infeksi masa nifas. Infeksi nifas merupakan infeksi yang terjadi akibat adanya kolonisasi bakteri di traktus genitalia setelah melahirkan.Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pola bakteri terbanyakpenyebab infeksi luka setelah melahirkan yaituStaphylococcus aureus.Pada saat ini bakteri Staphylococcus aureus sudah mengalami resistensi terhadap beberapa antibiotik. Penelitian lain mengemukakan Methicillin-resistantStaphylococcus aureus (MRSA) resisten terhadap antibiotik jenis β-lactam, penisilin, cephalosporins, dan carbapenem. Permasalahan resistensi bakteri terhadap beberapa antibiotik yang ada, mendorong untuk mencari alternatif pengobatan lain. Pemberian probiotik saat ini merupakan salahsatu upaya yang banyak dicoba dan diteliti untuk mengatasi permasalahan infeksi.Probiotik terdiskripsikan sebagai mikroorganisme non patogen atau komponen bakteri dalam makanan suplementasi, termasuk golongan flora bakteri, yang mempunyai manfaat bagi kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, ketika dalam jumlah yang cukup. Probiotik yang dikonsumsi secara peroral akan melewati barier yang ada di saluran cerna yang terdiri dari mucus. Antigen berikatan dengan APC untuk dipresentasikan oleh MHC II yang berada di Plak Peyer (ileum), selanjutnya mengaktifasi semua CD4+ sel T menjadi sel Th1 dan sel Th2. Sel Th1dan sel Th2yang telah teraktivasi akan memproduksi salah satunya sitokin IFN-Ɣ (produksi Th1) sedangkan IL-10 (Produksi Th2) menuju sirkulasi darah dan mengalami proses homing ke jaringan mukosa di seluruh tubuh, seperti jaringan mukosa saluran pencernaan, saluran genitourinaria, saluran nafas atas dan bawah, dan saluran kelenjar mamaedan jaringan limfoid (limpa dan kelenjar getah bening). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah ada pengaruh pemberian Lactobacillus reuteri terhadap kadarIFN-Ɣ dan IL-10 pada serum mencit nifas yang diinduksi Staphylococcus aureus.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sesungguhnya dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Sampel yang digunakan mencit (Mus musculus Galur Balb/c) bunting 13 hari dengan replikasi 40 mencit yang terbagi 8 kelompok yakni kelompok 1 (kontrol) diinduksi placebo NaCl 0,9% H1 postpartum, kelompok 2 (kontrol) diinduksi placebo NaCl 0,9% H3 postpartum, kelompok 3 (SA) diinduksi Staphyloccus aureus H1 postpartum, kelompok 4 (SA) diinduksi Staphyloccus aureus H3 postpartum, kelompok 5 (LR) pemberian Lactobacillus reuteri H1 postpartum, kelompok 6 (LR) pemberian Lactobacillus reuteri H3 postpartum, kelompok 7 (SA+LR) pemberian Lactobacillus reuteri dan induksi Staphyloccus aureus H1 postpartum, kelompok 8 (SA+LR) pemberian Lactobacillus reuteri dan induksi Staphyloccus aureus H3 postpartum. Dosis Lactobacillus reuteri 1x1010 CFU/mencit sebanyak 250μl diberikan per oral.Dosis Staphyloccus aureus 5x107 CFU/mencit sebanyak 200μl diberikan per vaginal. Kadar IFN-Ɣ dan IL-10 dianalisis melalui pemeriksaan elisa. Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian probiotik Lactobacillus reuteriterbukti mempengaruhi kadar IL-10 pada hari pertama postpartum. Pemberian probiotik Lactobacillus reuterisampai hari ketiga postpartum mempengaruhi penurunan kadar IL-10 dan IFN-Ɣ. Hal tersebut didukung dengan penelitian yang menyatakan bahwa pemberian probiotik selama 20 hari akan menyebabkan penekanan produksi pada sitokin Th1 (IL-2 dan IFN-Ɣ). Penelitian ini masih terdapat keterbatasan, maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut pemberian probiotik pada awal kehamilan (trimester I) sampai dengan masa nifas supaya lebih maksimal dalam upaya preventif pada infeksi akibat bakteri Staphylococcus aureus.