Pengaruh Kombinasi Vitamin C Dan E Terhadap Kadar Malondialdehid Dan Superoksida Dismutase Pada Ovarium Rattus Norvegicus Wistar Yang Dipapar Depo Medroksi Progesteron Asetat

Main Author: Ismiyati, Atik
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/158148/
Daftar Isi:
  • Kontrasepsi depo medroksi progesteron asetat (DMPA) merupakan metode kontrasepsi hormonal yang memiliki tingkat efektivitas yang tinggi. Mekanisme kerja DMPA yaitu menekan produksi hormon estrogen dan progesteron dengan menurunkan sekresi gonadothropin releasing hormone (GnRH) di hipotalamus. Selain berfungsi sebagai hormon reproduksi, estrogen juga mempunyai kemampuan sebagai antioksidan. Jenis estrogen utama yang disekresi oleh ovarium adalah estradiol (E2). Estradiol tersebut tidak langsung bekerja sebagai antioksidan, melainkan sebagai upregulator ekspresi gen enzim antioksidan, terutama enzim superoksida dismutase (SOD) di dalam mitokondria. Estrogen juga bertanggung jawab pada tingkat produksi radikal bebas. Definisi stres oksidatif adalah suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas melebihi jumlah antioksidan. Hal ini diperberat dengan pemberian DMPA yang menyebabkan hipoestrogen. Seiring dengan lamanya penggunaan kontrasepsi DMPA, dapat meningkatkan kadar MDA dalam serum darah. Malondialdehid (MDA) merupakan produk akhir peroksidasi lipid yang berasal dari produk oksidasi asam lemak tidak jenuh dan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas. Sehingga terjadinya proses oksidasi yang tinggi di dalam membran sel ditunjukkan melalui konsentrasi MDA yang tinggi. Sebaliknya, konsentrasi MDA yang rendah, menunjukkan status antioksidan yang tinggi. Proses terbentuknya senyawa radikal bebas yang baru dapat terus menerus terjadi (reaksi berantai). Untuk menghentikan reaksi tersebut dibutuhkan senyawa yang bersifat antioksidan. Enzim SOD merupakan enzim yang dominan bekerja di organ reproduksi terutama ovarium. Kondisi tubuh yang mengalami stres oksidatif menyebabkan antioksidan endogen tidak mampu menangkal radikal bebas secara optimal. Oleh karena itu diperlukan antioksidan eksogen untuk menghambat radikal bebas ini. Ada berbagai macam antioksidan eksogen, diantaranya vitamin C dan E. Kombinasi vitamin C (asam askorbat) dan vitamin E (α-tokoferol) adalah antioksidan yang memiliki efek perlindungan yang baik dalam mengurangi atau mencegah kerusakan oksidatif. Vitamin E yang larut lemak mampu mencegah reaksi berantai peroksidasi lipid di membran sel. Sedangkan vitamin C adalah antioksidan larut air yang ditemukan dalam cairan sitoplasma dan ekstraseluler yang dapat berinteraksi langsung dengan radikal bebas, sehingga juga dapat mencegah kerusakan oksidatif. Karena lokasi subselular yang berbeda, kombinasi dari vitamin E dan C telah terbukti memiliki efek antioksidan yang lebih baik daripada salah satu vitamin saja. Selain itu, kemampuan vitamin C meregenerasi vitamin E radikal menjadi vitamin E kembali, membuat kombinasi vitamin C dan E merupakan kombinasi yang dapat bekerja secara optimal memperbaiki status antioksidan dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi vitamin C dan E terhadap kadar MDA dan SOD pada ovarium Rattus norvegicus wistar yang dipapar DMPA. Penelitian ini adalah studi eksperimental laboratorik (true experimental) dengan post test only control group design. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober-November 2014 di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran, serta Laboratorium LSIH Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Sampel dalam penelitian adalah Rattus norvegicus wistar sebanyak 25 ekor, yang dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: 1) Kontrol negatif yaitu tikus yang diberi injeksi aquadest 0,2 ml/minggu; 2) Kontrol positif yaitu tikus yang diberi injeksi DMPA 2,7 mg/minggu + minyak wijen 0,2ml/hari/oral; 3) Perlakuan 1 yaitu tikus yang diberi DMPA 2,7 mg/minggu + vitamin C 0,2 mg/gr BB/hari + vitamin E 0,04 IU/gr BB/hari; 4) Perlakuan 2 yaitu tikus yang diberi DMPA 2,7 mg/minggu + vitamin C 0,4 mg/gr BB/hari + vitamin E 0,04 IU/gr BB/hari; 5) Perlakuan 3 yaitu tikus diberi DMPA 2,7 mg/minggu + vitamin C 0,8 mg/gr BB/hari + vitamin E 0,04 IU/gr BB/hari. Setelah 28 hari perlakuan, kemudian dilakukan pembedahan. Organ ovarium kanan dan kiri diambil kemudian diukur kadar MDA dan SOD. Pemeriksaan MDA menggunakan MDA kit Oxisresearch yang diukur dengan spektrofotometer. Pemeriksaan SOD menggunakan SOD kit Elabscience yang diukur dengan ELISA reader. Data yang diperoleh kemudian dianalisa statistik dengan SPSS. Berdasarkan pada hasil analisis kadar MDA dengan menggunakan uji Kruskal-Walllis, didapatkan p-value sebesar 0,044 (p 0,05). Sehingga dari pengujian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian vitamin C dan E terhadap kadar MDA. Atau dengan kata lain, terdapat perbedaan yang signifikan kadar MDA akibat pemberian vitamin C dan E dengan dosis yang berbeda. Dari hasil perbandingan berganda menggunakan |Ri-Rj| 5%, penelitian menunjukkan bahwa kadar MDA pada kelompok kontrol positif lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Bahkan jika dibandingkan dengan semua kelompok, tampak kelompok kontrol positif menunjukkan rerata yang paling tinggi (1.339 ± 0.888). Hal ini membuktikan bahwa penggunaan kontrasepsi DMPA mampu meningkatkan kadar MDA ovarium. Kadar MDA yang tinggi merupakan indikator terjadinya stres oksidatif di dalam tubuh. Selanjutnya jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif, perbedaan signifikan ditunjukkan oleh kelompok perlakuan 2 (0.357 ± 0.116). Yaitu vitamin C dosis 0,4 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 IU/gr BB merupakan dosis yang mampu menurunkan kadar MDA ovarium. Berdasarkan pada hasil analisis kadar SOD dengan menggunakan uji ANOVA, didapatkan p-value sebesar 0,049 (p 0,05). Sehingga dari pengujian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian vitamin C dan E terhadap kadar SOD. Atau dengan kata lain, terdapat perbedaan yang signifikan kadar SOD akibat pemberian vitamin C dan E dengan dosis yang berbeda. Dari hasil hasil uji LSD 5 %, penelitian menunjukkan bahwa kadar SOD pada kelompok kontrol positif lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Jika dibandingkan dengan semua kelompok, kadar SOD yang terendah terjadi pada kelompok kontrol positif (1176 ± 502.536). Selanjutnya jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif, perbedaan signifikan ditunjukkan oleh semua kelompok perlakuan. Adapun dosis vitamin C yang mampu meningkatkan kadar SOD hingga titik tertinggi yaitu pada kelompok perlakuan 1 (2741 ± 2221.203). Yaitu vitamin C dosis 0,2 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 IU/gr BB merupakan dosis yang mampu meningkatkan kadar SOD ovarium. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi vitamin C dan E dapat menurunkan kadar MDA pada ovarium Rattus norvegicus wistar yang dipapar DMPA. Kombinasi vitamin C dan E dapat meningkatkan kadar SOD pada ovarium Rattus norvegicus wistar yang dipapar DMPA. Hasil penelitian ini mendukung pemberian suplementasi kombinasi vitamin C dan E pada akseptor kontrasepsi DMPA.