Efek Pemberian Kurkumin dalam Menghambat Progresifitas Nefritis Lupus melalui Penurunan Kadar Interferon-α dan Sel T Helper1 pada Mencit Model Lupus

Main Author: Fahimma
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/158134/
Daftar Isi:
  • Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah gangguan autoimun dengan presentasi klinis yang luas meliputi hampir semua organ dan jaringan. Insidensi LES telah meningkat hampir tiga kali lipat dalam 40 tahun terakhir. Penyakit ginjal pada LES dikenal dengan nefritis lupus adalah manifestasi umum dari LES dan merupakan faktor prognostik penting bagi pasien. Hingga 50% dari pasien LES memiliki kelainan fungsi ginjal atau urin (proteinuria, hematuria atau sedimen seluler) di awal perjalanan penyakit. Pada LES, terjadi disregulasi dari sistem sel dan signaling, dan gangguan keseimbangan antara toleransi dan autoimunitas. Sitokin penting yang terlibat dalam etiologi dan patogenesis LES adalah interferon-alpha (IFN-α). IFN-α merupakan mediator utama dalam pathogenesis, dapat mempengaruhi berbagai jenis sel, yang menyebabkan berbagai gambaran imunologis dan mekanisme destruktif sehingga muncul bentuk penyakit klinis di LES. Sinyal IFN intragromerular berkontribusi pada terjadinya kerusakan ginjal pada nefritis lupus. Pada pasien nefritis lupus, terdapat dominasi sel Th1 dalam darah dan ginjal. Sitokin IFNα dapat meningkatkan respon Th1 baik pada mencit ataupun pada manusia, ditandai dengan meningkatnya produksi IFNγ melalui peningkatan regulasi ekspresi T-bet mRNA. Terapi LES dan nefritis lupus saat ini dengan menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif melalui penggunaan glukokortikoid dosis tinggi dan imunosupresan, terapi ini cukup mahal dan diperlukan dalam jangka waktu yang lama sehingga dibutuhkan terapi tambahan sebagai suatu strategi yang tepat guna untuk mengatasi permasalahan pengobatan pada LES dan nefritis lupus. Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang berasal dari rhizoma (rimpang) dari tanaman curcuma longa. Studi terbaru menunjukkan kurkumin memiliki potensi dalam pengobatan model penyakit autoimun hewan. Dalam berbagai penelitian sebelumnya, kurkumin dibuktikan dapat memodulasi dan bersifat sebagai induktor maupun inhibitor dari beberapa faktor transkripsi. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh kurkumin terhadap nefritis lupus melalui penurunan kadar IFNα dan persentase sel Th1. Metode penelitian yang dilakukan adalah True Experimental Design dengan desain post test-only control group design. Pemilihan sampel menggunakan metode simple random sampling. Sampel terdiri dari mencit BALB/c normal (P0), dan mencit BALB/c induksi pristane intraperitoneal (P1), mencit BALB/c induksi pristane intraperitoneal dan diberikan kurkumin dengan dosis 12,5 mg/kgBB/hari (P2), mencit BALB/c induksi pristane intraperitoneal dan diberikan kurkumin dengan dosis 50 mg/kgBB/hari (P3), dan mencit BALB/c induksi pristane intraperitoneal dan diberikan kurkumin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari (P4). Masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor mencit betina berumur 6-8 minggu. Pristane yang digunakan didapat dari sigma Aldrich yang diinjeksikan 1 kali pada hari pertama. Kurkumin yang digunakan dari Sigma-Aldrich, diberikan peroral pada minggu ke 16 hingga 32. Analisa data menggunakan Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan homogenisitas menggunakan Test Homogenicity of Variance terlebih dahulu. Uji beda terhadap kadar IFNα, persentase sel Th1, dan nefritis lupus dilakukan dengan uji One Way ANOVA, dibandingkan antara kelompok kontrol dengan perlakuan. Untuk mengetahui hubungan antara kadar IFNα dan persentase sel Th1 dengan derajat nefritis lupus. menggunakan korelasi Pearson dan Spearman. Data ditampilkan dalam bentuk diagram batang dalam rerata ± standar deviasi (SD). Perbedaan yang bermakna antar tiap kelompok ditunjukkan dengan notasi yang berbeda. Nilai p 0.05 menunjukkan perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan. Analisa data pada penelitian ini menggunakan program SPSS 22 for Windows. Parameter yang digunakan untuk mengetahui mecit sudah mengalami LES adalah menggunakan pengamatan terhadap manifestasi klinis dan laboratories yaitu parameter peningkatan kadar autoantibodi yaitu Anti Nuclear Antibody (ANA) menggunakan metode ELISA. Variabel yang diukur pada penelitian ini, yaitu kadar IFNα, persentase sel Th1 pada limpa mencit menggunakan metode flowcitometri, dan kejadian nefritis lupus pada ginjal mencit secara histologi menggunakan pengecatan HE. Pengukuran derajat nefritis menggunakan kelas dan indeks aktivitas/ kronisitas berdasarkan international institute of health dan Renal Pathology Society (RPS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurkumin mampu menurukan kadar IFNα, dibandingkan dengan kelompok kontrol positif, kadar signifikan ditemukan pada kelompok pemberian kurkumin 200 mg/kgBB/hari, dan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, perbedaan yang tidak signifikan pada kelompok kurkumin 12,5 mg/kgBB/hari, 50 mg/kgBB/hari, dan 200 mg/kgBB/hari. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kurkumin mampu menurnkan persentase sel Th1, dibandingkan dengan kelompok kontrol positif, kadar signifikan ditemukan pada kelompok pemberian kurkumin 200 mg/kgBB/hari, dan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, perbedaan yang tidak signifikan pada kelompok kurkumin 12,5 mg/kgBB/hari, 50 mg/kgBB/hari, dan 200 mg/kgBB/hari. Untuk derajat proteinuria setelah pemberian kurkumin turun secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol positif pada kelompok kurkumin 12,5 mg/kgBB/hari dan 50 mg/kgBB/hari, dan tidak berbeda signifikan dengan kelompok kontrol negatif pada kelompok kurkumin 12,5 mg/kgBB/hari dan 50 mg/kgBB/hari, Hasil indeks aktivitas menunjukkan beda yang bermakna dengan kelompok kontrol positif pada kelompok kurkumin 12,5 mg/kgBB/hari, 50 mg/kgBB/hari, dan 200 mg/kgBB/hari. Hasil indeks kronisitas tidak memberikan perbedaan yang bermakna setelah pemberian kurkumin. Pemberian kurkumin mampu mempengaruhi kondisi nefritis lupus melalui penurunan kadar IFNα dan persentase sel Th1. Kadar IFNα memiliki hubungan dengan indeks aktivitas (p=0.001, r=0.525), dan dengan proteinuria (p=0.046, r=0.313), namun tidak terdapat hubungan antara kadar IFNα dengan indeks kronisitas (p=0.078, r=0.265). Persentase sel Th1 memiliki hubungan dengan indeks aktivitas (p=0.000, r=0.604), dan dengan proteinuria (p=0.007, r=0.442), namun tidak ada hubungan dengan indeks kronisitas (p=0.136, r= 0.207). Kurkumin mempunyai kemampuan dalam menurunkan kadar IFNα dan persentase sel Th1 melalui penghambatan pada aktivasi NFkB, penurunan aktivasi sinyal JAK-STAT, dan menghambat produksi sitokin proinflamasi. Kurkumin menghambat aktivasi NFkB melalui inhibisi IκBα kinase dan AKT. Kurkumin secara langsung berikatan dengan IκBα kinase yang dibutuhkan untuk aktivasi NFkB. Kurkumin dapat memperbaiki fungsi ginjal, menurunkan glomerulonefritis, menurunkan deposisi IgG, dan deposisi C9 yang mengindikasikan penurunan aktivasi komplemen. Kurkumin memiliki efek renoprotektif melalui penekanan inflamasi yang berkaitan dengan sitokin atau mRNA seperti MCP-1, IL8, TGFβ, dan NFκB. Pemberian kurkumin menunjukkan gambaran morfologi ginjal yang mendekati normal. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah, kurkumin dapat menurunkan kadar IFNα, persentase sel Th1, proteinuria, dan indeks aktivitas secara signifikan. Kadar IFNα memiliki hubungan dengan indeks aktivitas dan proteinuria. Persentase sel Th1 memiliki hubungan dengan indeks aktivitas dan proteinuria. Kadar IFNα dan persentase sel Th1 tidak memiliki hubungan dengan kronisitas nefritis.