Pengaruh Kombinasi Vitamin C Dan Vitamin E Terhadap Jumlah Sel Epitel Sekretorik Dan Tebal Lapisan Otot Polos Tuba Fallopii Pada Tikus Betina Yang Dipapar Monosodium Glutamat

Main Author: Umami, Riza
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/157975/
Daftar Isi:
  • Monosodium Glutamat (MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat. Pengolahan sintetis dari glutamat menghasilkan suatu bentuk yang bersifat excitotoxin yaitu suatu bentuk senyawa yang menstimulasi percepatan dari kematian suatu sel dalam tubuh, mengkonsumsi glutamat secara berlebih akan diikuti oleh peningkatan radikal OH-. Jika antioksidan enzimatik tidak mampu menetralisir ROS, maka antioksidan non enzimatik dibutuhkan sebagai pertahanan diri agar tidak terjadi stres oksidatif. Salah satu antioksidan non enzimatik yang dapat membantu adalah kombinasi vitamin C dan vitamin E karena vitamin C membantu menetralisir ROS sebelum dapat menyerang lipid, sedangkan vitamin E adalah antioksidan yang mampu menembus kedalam membran sel yang dapat melindungi membran asam lemak dari peroksidasi lipid. Vitamin C juga mampu meregenerasi vitamin E. Pada sistem reproduksi pria ataupun wanita, stres oksidatif akan menyebabkan infertilitas yang berhubungan dengan makanisme kerja hipotalamus. Pada sistem reproduksi wanita, ROS berperan penting sebagai mediator terhadap signaling hormon pada ovarium yang dapat menyebabkan kerusakan langsung pada oosit. ROS di tuba fallopii dapat menyebabkan efek buruk pada embrio dimana telah terjadi apoptosis sel sehingga terjadilah kegagalan implantasi, ancaman kehamilan ektopik, endometriosis, hydrosalpinx, dan polikistik ovarium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi vitamin C dan vitamin E terhadap jumlah sel epitel sekretorik dan tebal lapisan otot polos tuba fallopii pada tikus yang dipapar MSG. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorik yang dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang pada Oktober-November 2013. Hewan coba dalam penelitian ini adalah tikus putih jenis Rattus norvegicus galur Wistar yang berjumlah 25 ekor. Hewan coba diaklimatisasi untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru selama 7 hari setelah itu diberikan perlakuan selama 42 hari. Terdapat 5 kelompok tikus yaitu kelompok K(-) adalah tikus yang tidak diberikan apapun, K(+) dipapar MSG 0,7 mg/gBB, PII dipapar MSG 0,7 mg/gBB+vitamin C 0,2 mg/gBB+vitamin E 0,04 IU/gBB, PII dipapar MSG 0,7 mg/gBB +vitamin C 0,4 mg/gBB+vitamin E 0,04 IU/ gBB dan PIII dipapar MSG 0,7 mg/gBB+vitamin C 0,8mg/gBB+vitamin E 0,04 IU/gBB. Pada penelitian ini dilakukan swab vagina sebanyak 4 kali, tikus yang tidak berada pada fase proestrus tetap diberikan perlakuan sampai tikus mengalami fase proestrus, sedangkan tikus yang sedang mengalami fase proestrus langsung diterminasi untuk dilakukan pembedahan, organ tuba dikirim ke Lab. Patologi Anatomi FKUB untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan metode pengecatan Hematoksilin dan Eosin yang bertujuan untuk mengetahui jumlah sel epitel sekretorik dan tebal lapisan otot polos tuba fallopii, setelah itu slide diamati dibawah mikroskop Manual Dot Slide Olympus XC 10 yang dilihat per lapang pandang. Pengujian jumlah sel epitel sekretorik dan tebal lapisan otot polos tuba fallopii tikus dengan menggunakan uji one way ANOVA (masing-masing p=0,000 dan p=0,042). Penelitian ini membuktikan bahwa dengan pemberian kombinasi vitamin C dan vitamin E jumlah sel epitel sekretorik dan tebal lapisan otot polos tuba fallopii pada tikus yang dipapar MSG mengalami peningkatan, hal ini diduga pemberian glutamat yang berlebih dapat mempengaruhi mekanisme kerja hipotalamus sehingga kadar FSH dan LH menjadi turun begitu pula kadar hormon estrogen pada ovarium yang berhubungan langsung dengan fungsi tuba fallopii. Motilitas tuba sangat dipengaruhi oleh tiga hal yaitu jumlah sel epitel bersilia, sel epitel sekretorik yang berisi cairan nutritif bagi embrio dan gerakan peristaltik otot polos tuba. Berkurangnya jumlah sel epitel sekretorik tuba fallopii akan menyebabkan radang panggul yang dihubungkan dengan kejadian infertilitas pada wanita, sel epitel tergantung pada kadar estrogen, akan meningkat menjelang pra-ovulasi. Otot polos tuba dibawah kendali sistem saraf simpatis, otot tuba juga merespon estrogen untuk menstimulasi kontraksi dan progesteron yang membuat rileks. Pasokan asam askorbat (vitamin C) yang terbatas saat folikulogenesis sangat berpengaruh pada sistem reproduksi dan defisiensi vitamin E menyebabkan masalah pada lemahnya otot, degenerasi hasil konsepsi dan infertilitas. Jika vitamin C dan vitamin E dikombinasikan, diharapkan mampu menetralisir radikal bebas dengan maksimal. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah jumlah sel epitel sekretorik dan tebal lapisan otot polos tuba fallopii meningkat pada kelompok tikus yang mendapat kombinasi vitamin C dan E yang dipapar MSG meskipun antar kelompok dosis tidak berbeda signifikan dan semakin tinggi kombinasi dosis semakin memberikan efek yang lebih besar pada jumlah sel epitel sekretorik dan tebal lapisan otot polos tuba fallopii. Hal ini diduga karena signaling hormon pada hipotalamus terganggu yang dapat berpengaruh pada tuba fallopii dalam menjalankan fungsinya sebagai tempat terjadinya konsepsi