Pengaruh Kombinasi Vitamin E Dan Vitamin C Berbagai Dosis Terhadap Jumlah Folikel Ovarium dan Kadar 17β-Estradiol Pada Tikus Betina Yang Dipajan Monosodium Glutamat
Main Author: | Istiananingsih, Yuni |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/157969/ |
Daftar Isi:
- Penggunaan monosodium glutamat (MSG) semakin meningkat di kalangan masyarakat sebagai penambah rasa makanan yang membuat rasa lezat pada makanan. Penggunaan MSG pada orang dewasa dikatakan melebihi dosis aman apabila mengkonsumsi sebanyak 3 gr/hr,dan hal ini dapat memberikan dampak negatif di kemudian hari. mengkonsumsi MSG secara berlebihan dan dalam jangka waktu yang panjang maka akan berdampak pada kesehatan reproduksi wanita. glutamat berlebihan membuat kalsium menjadi sangat tinggi sehingga terjadi overaktifasi reseptor glutamat. Hal ini menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang menimbulkan ROS akibatnya terjadi kematian sel. ROS dapat merusak organ yang memiliki reseptor glutamat. Glutamat dan reseptornya dilokalisasi dalam berbagai inti hipotalamus yang dianggap penting untuk reproduksi dan fungsi neuroendokrin. mGluRs tidak hanya di daerah yang berbeda dalam hipotalamus seperti nukleus paraventrikular (PVN), ventromedial (VMN), arkuata (ARC), supraoptik (SON) inti dan daerah preoptic (POA), tetapi juga dalam tiga lobus dari kelenjar pituitary yang meregulasi pada sumbu hipotalamus-hipofisis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Iremonger, et al. MSG menyebabkan ablasi sumbu arkuata nukleus hipotalamus sehingga dapat mengganggu fungsi Hipothalamic Pituitary Adrenal (HPA) axis. Hipotalamus mensekresi Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) yang merangsang pengeluaran hormon gonadotropin Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) dari hipofisis anterior. Kedua hormon ini diperlukan untuk perkembangan gonad pria maupun wanita serta penting keberadaannya untuk proses spermatogenesis dan oogenesis. Terganggunya fungsi hipotalamus mengakibatkan gangguan fungsi endokrin, termasuk hormon reproduksi sehingga turut mempengaruhi fungsi gonad. Pajanan MSG pada tikus putih betina ternyata menyebabkan penurunan kadar 17β-estradiol pada darah. Estrogen dibentuk oleh sel-sel granulosa dalam folikel ovarium melalui serangkaian konversi melalui reaksi enzimatis. Sel-sel granulosa memiliki banyak reseptor FSH, dan FSH memfasilitasi sekresi 17β-estradiol dengan aktifasi cAMP untuk meningkatkan aktifasi aromatisasi. Sel granulosa yang matang juga ada reseptor LH, dan LH juga menstimulasi produksi 17β-estradiol. Sintesis hormon estrogen akan meningkat seiring dengan perkembangan folikel dalam ovarium Reseptor glutamat selain di hipotalamus juga terdapat pada ovarium. Gutamat tidak hanya terdapat di CNS tetapi terdapat juga di jaringan saraf perifer. Salah satu reseptor glutamat yang memiliki distribusi luas di jaringan perifer yaitu NMDAR1. Reseptor glutamat ini berperan dalam ovulasi. Selain NMDAR1, terdapat juga subtipe reseptor glutamat GluR 2/3, Ka 2 dan mGluR2/3 dalam corpus luteum, folikel primordial, sel teka, sel granulosa dan oosit. Apabila aktifasi reseptor glutamat ovarium berlebihan maka menyebabkan apoptosis sel folikel ovarium. Apabila aktifasi reseptor glutamat berlebihan menyebabkan ROS sehingga enzim antioksidan tidak mampu untuk menetralisir radikal bebas. Oleh karena itu, membutuhkan antioksidan dari luar yaitu vitamin C dan vitamin E. Hubungan sinergisme di dalam sistem antioksidan di tandai dengan adanya suatu radikal yang masuk, pertama kali akan dinetralisir oleh vitamin E, kemudian vitamin C dan dilanjutkan oleh mekanisme oksidatif dari dalam tubuh, dilakukan oleh enzim, misal gluthation. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi vitamin C dan vitamin E terhadap jumlah folikel ovarium dan kadar 17β-estradiol pada tikus putih betina yang dipajan MSG. Penelitian eskperimental dengan rancangan randomized post test control group design menggunakan 25 ekor tikus betina dibagi secara acak menjadi lima kelompok. Kelompok kontrol negatif, kontrol positif (MSG saja) kelompok PI (MSG, vitamin C 0,2mg/gr BB + vitamin E 0,04 IU/BB), kelompok PII (MSG, vitamin C 0,4mg/gr BB + vitamin E 0,04 IU/BB) kelompok PIII (MSG, vitamin C 0,8mg/gr BB + vitamin E 0,04 IU/BB) perlakuan diberikan peroral selama 42 hari. Pada hari ke 43, dilakukan swab vagina tikus untuk menentukan fase proestrus yang kemudian dilanjutkan dengan pembedahan. Jumlah folikel ovarium diperiksa dengan Haemotoksilin dan Eosin (HE) dan kadar 17β-estradiol diukur menngunakan ELISA kit. Data analisis dengan uji one way ANOVA diikuti uji post hoc LSD menunjukkan bahwa kombinasi vitamin C dan vitamin E memberikan pengaruh yang signifikan mencegah penurunan folikel ovarium non atresia yaitu folikel primer (p=0,02), folikel sekunder (p=0,000), folikel de graaf (p=0,000), dan mencegah peningkatan folikel atresia (p=0,006) dan kadar 17β-estradiol (p=0,000). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi vitamin E dan vitamin C dapat mencegah peningkatan jumlah folikel atresia dan mencegah penurunan jumlah folikel primer, sekunder, de graaf dan kadar 17β-Estradiol