Studi Fenomenologi Pengalaman Perawat Puskesmas Belanting pada Fase Respon Bencana Banjir Sambelia di Nusa Tenggara Barat
Main Author: | Maulana, AntoniEkaFajar |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/157948/ |
Daftar Isi:
- Nusa Tenggara Barat adalah salah satu daerah rawan bencana di Indonesia. NTB memiliki 10 jenis potensi bencana dari 14 jenis bencana nasional yang ditetapkan oleh BNPB pusat. Gempa bumi tercatat sebagai bencana yang paling sering terjadi, namun bencana banjir merupakan bencana yang memberikan dampak paling serius. Banjir Sambelia Lombok Timur terjadi hampir setiap tahunnya, namun yang terparah terjadi pada tahun 2012. Disaster Respon Team atau tim kesehatan membutuhkan keterlibatan sebagian besar perawat untuk memenuhi kebutuhan individu, kelompok ataupun masyarakat. Untuk menjalankan perannya secara utuh, perawat harus mampu mempersiapkan diri secara fisik dan mental. Hal – hal yang unpredictable mungkin akan terjadi, misalnya kondisi yang tidak sesuai harapan, lingkungan yang kotor, bising, kacau, kebingungan akibat ketidak jelasan peran, informasi dan arahan yang berbeda, kurangnya akses komunikasi dan lain sebagainya. Sebagian besar perawat merasakan kebingungan, keresahan, dan ketegangan emosi selama berada di daerah bencana. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman perawat Puskesmas Belanting pada fase respon bencana banjir Sambelia di Nusa Tenggara Barat. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perasaan perawat saat mendapatkan penugasan, mengeksplorasi persepsi perawat tentang penugasannya, mengetahui motivasi perawat saat memutuskan berangkat ke area bencana banjir, mengidentifikasi persiapan perawat, mendeskripsikan proses pelayanan perawat, mengidentifikasi kendala perawat saat menjalankan tugas, mengeksplorasi mekanisme koping perawat saat menghadapi kendala, mengeksplorasi perasaan perawat setelah menjalankan tugas, dan mengeksplorasi harapan perawat setelah menjalankan tugasnya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretif. Partisipan yang ikut serta dalam penelitian ini sebanyak lima orang perawat Puskesmas Belanting yang pernah memiliki pengalaman menjadi tim kesehatan bencana banjir Sambelia. Pendidikan terakhir partisipan adalah S1 dan Ners sebanyak 4 orang, dan 1 orang D3 Keperawatan. Partisipan tidak pernah mengikuti pelatihan kebencanaan, 2 orang diantaranya memiliki pengalaman lebih dari satu kali menjadi tim kesehatan bencana banjir. Tehnik pengambilan data melalui wawancara berkisar antara 30-45 menit dengan menggunakan voice recorder . Tempat dan waktu wawancara sesuai kesepakatan dengan partisipan. Hasil transkrip wawancara dianalisis menggunakan analisis hermeneutics menurut Diekelmann, et. al (1989). Hasil analisis memunculkan 11 tema dan dapat menjawab tujuan penelitian. Tema tersebut adalah perasaan positif terhadap tugas, perasaan negatif terhadap tugas, persepsi perawat tentang penugasan, penugasan sebagai bentuk tanggung jawab, bentuk kepedulian, tidak memerlukan persiapan khusus, pelayanan pengobatan, kendala di area bencana banjir, kompromi terhadap masalah, kepuasan menjalankan tugas dan harapan. Perasaan positif dan negatif terhadap tugas merupakan respon emosional perawat saat mendapatkan penugasan. Perawat menganggap penugasan sebagai tantangan tetapi terdapat pula ketakutan karena ketidakjelasan peran dan cemas terhadap keselamatan diri sehingga menjadi dilema bagi perawat. Perawat menganggap tujuan penugasannya adalah memberikan pengobatan, tidak memerlukan persiapan khusus untuk melakukan hal itu, sehingga pelayanan yang diberikan oleh perawat di area banjir hanya terbatas pada pelayanan pengobatan. Dalam melakukan tugasnya perawat mengalami kendala baik teknis maupun non teknis. Kendala teknis berupa kendala koordinasi, medan tugas yang sulit, dan kurangnya persediaan obat. Sedangkan kendala non teknis berupa situasi diluar dugaan dan stres psikologis. Untuk menghadapi masalah tersebut, perawat melakukan kompromi terhadap masalah sebagai salah satu mekanisme kopingnya terhadap masalah yang dihadapi. Setelah menjalankan tugas perawat merasakan kepuasan, lega dan menganggap pengalaman menjadi tim kesehatan sebagai pengalaman yang berharga. Namun ada harapan dari perawat bahwa perlu adanya peningkatan koordinasi dan adanya pelatihan pelatihan kebencanaan. Berdasarkan penelitian ini diharapkan institusi pelayanan dan instansi terkait dapat merencanakan perbaikan dan penyempurnaan kesiapsiagaan bencana di NTB, terutama memaksimalkan peran perawat melalui kebijakan-kebijakan pemerintah daerah dengan regulasi yang jelas.