Peran Regulasi Insulin terhadap Penerusan Meiosis-1 dalam Sitoplasma Oosit Ikan Lele (Clarias sp)
Main Author: | Syarifudin, NurulWulandari |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2012
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/157873/ |
Daftar Isi:
- Perkembangan budidaya ikan lele dimasyarakat indonesia sudah berkembang pesat. Penelitian yang melibatkan oosit ikan atau gonad betina banyak dilakukan, namun hingga saat ini informasi dasar mengenai maturasi oosit lele masih perlu dikaji lebih mendalam. Maturasi oosit lele tidak hanya dilakukan dengan pemberian hormon reproduksi, tetapi diketahui bahwa insulin juga dapat memicu maturasi. Oleh karenanya perlu dilakukan penelitian tentang respon oosit terhadap paparan insulin aspart . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemunculan protein p21 ras, Akt/PKB dan MAPK dalam sitoplasma oosit ikan lele yang dipapar dengan insulin aspart dan mengetahui jumlah oosit yang dapat mengalami penerusan meiosis-1 setelah dipapar dengan insulin aspart. Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai September 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah metoda eksperimen. Kultur oosit yang belum matang (vitellogenesis) dalam medium dengan konsentrasi insulin 0,01; 0,1; 1; 10 Unit/ml selama 24 jam dan pada jam ke 6, 8, 10, 12, 14, 16, 20, 24 dilakukan ekstraksi protein pada sitoplasma oosit ikan lele. Selanjutnya di amati oosit yang mengalami penerusan meiosis-1. Oosit yang mengalami penerusan meiosis-1 ditandai dengan germinal vesicle migration (GVM) atau germinal vesicle break down (GVBD). Identifikasi molekul protein p21 ras, Akt/PKB dan MAPK mempunyai berat molekul 21 kDa, 110 kDa dan 42 kDa dilakukan dengan metode elektroforesis. Analisa data dibantu dengan progam ANOVA dan jika berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji BNT. Oosit ikan lele memberikan respon yang positif terhadap insulin aspart yang ditandai dengan munculnya protein p21 ras, Akt/PKB dan MAPK, jika oosit tersebut dipapar dengan insulin aspart dan tidak muncul pada oosit yang tidak dipapar dengan insulin. Kemunculan protein ini diduga sebagai indikator aktivitas insulin terhadap proses penerusan meiosis-1 yang ditandai dengan adanya GVM dan GVBD. Prosentase tertinggi rata-rata oosit yang mengalami penerusan meiosis-1 sebesar 82 % terjadi pada perlakuan 10 Unit/ml dan terendah pada perlakuan 0,01 Unit/ml yaitu 14 %. Sedangkan oosit yang tidak dipapar dengan insulin aspart tidak ada yang mengalami penerusan meiosis-1. Semakin tinggi konsentrasi paparan insulin dalam medium dan semakin lama waktu inkubasi, maka jumlah oosit yang dapat mengalami penerusan meiosis-1 juga akan semakin tinggi. Peningkatan jumlah penerusan meiosis-1 paling signifikan adalah konsentrasi 1 unit/ml sebesar 81%. Jika konsentrasi tersebut ditingkatkan lagi hingga mencapai 10 Unit/ml ternyata tidak berdampak peningkatan jumlah penerusan meiosis-1 yang signifikan, sehingga diduga konsentrasi optimum insulin aspart yang dapat direspon oleh oosit ikan lele untuk merangsang terjadinya penerusan meiosis-1 adalah 1 Unit/ml. Diharapkan perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kemampuan insulin aspart menurunkan level cAMP dalam oosit dan adanya penggunaan bahan antagonis terhadap aksi insulin sebagai perbandingan.