Potensi Muelleri Glukomanan dari Porang (Amorphophallus muelleri Blume) sebagai Prebiotik dan Anti Konstipasi pada Tikus Spraque Dawley
Main Author: | Wijayanti, Novita |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/157823/ |
Daftar Isi:
- Porang ( Amorphophallus muelleri Blume) mengandung glukomanan dengan kadar yang tinggi. Glukomanan adalah serat larut yang digunakan sebagai bahan pangan yang memiliki banyak manfaat dalam bidang kesehatan, antara lain: menurunkan kolesterol darah, kadar gula darah, menurunkan berat badan dan memperlancar aktivitas pencernaan. Karakteristik glukomanan yang mampu mengembang dan menyerap air serta tidak dapat tercerna dalam usus halus diharapkan memiliki potensi sebagai laksatif dan prebiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian muelleri glukomanan sebagai prebiotik dan menurunkan gejala konstipasi pada tikus Spraque dawley. Muelleri glukomanan dihasilkan dari umbi porang yang dicuci dengan air dan dikupas. Kemudian, dilakukan perajangan dan pengeringan hingga diperoleh chip porang. Chip porang ditumbuk dengan menggunakan stamp mill dan diayak kemudian dihembus dengan air classifier sehingga diperoleh tepung porang. Selanjutnya, tepung porang dimurnikan dengan metode maserasi bertingkat dan disaring dengan kertas saring. Setelah itu, endapannya dikeringkan dengan oven. Pengujian sifat fungsional muelleri glukomanan sebagai laksatif dan prebiotik dilakukan dengan uji in vivo. Tikus yang telah diinduksi dengan loperamid 3 mg/kg berat badan memperoleh diet muelleri glukomanan dengan dosis 300 dan 600 mg/kg berat badan selama 5 hari untuk mengetahui pengaruh muelleri glukomanan sebagai laksatif. Pengujian yang dilakukan meliputi profil feses (berat, jumlah dan kadar air), berat pakan dan volume minum serta rasio transit gastrointestinal. Pengaruh muelleri glukomanan sebagai prebiotik dilakukan dengan memberikan diet muelleri glukomanan dengan dosis 300, 600 dan 900 mg/kg berat badan tikus selama masa perlakuan 60 hari. Setelah masa perlakuan dilakukan penginduksian dengan 1 ml Salmonella typhimurium 107 cfu/ml untuk mengetahui kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang merupakan salah satu parameter bahwa muelleri glukomanan dapat dijadikan sebagai prebiotik. Bakteri patogen tersebut adalah bakteri Salmonella typhimurium dan Escherichia coli . Parameter lain yang diuji adalah jumlah bakteri asam laktat, nilai pH dan kadar asam lemak rantai pendek yang juga merupakan parameter penting dalam pengujian prebiotik. Data hasil penelitian selanjutnya dianalisa sidik ragam (ANOVA) dengan rancangan acak lengkap untuk melihat perbedaan antar perlakuan, kemudian dilakukan uji lanjut BNJ pada α= 0,05. Muelleri glukomanan memiliki potensi sebagai anti konstipasi karena menunjukkan pengaruh yang nyata (α= 0,05) pada kadar air dan berat feses serta rasio transit gastrointestinal walapun jumlah butiran feses tidak berpengaruh nyata (α= 0,05). Diet muelleri glukomanan dengan dosis 600 mg/kg pada tikus menghasilkan kadar air feses 58,80%, berat feses 1,16 gram dan rasio transit gastrointestinal 79,59% yang berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol tikus konstipasi dengan kadar air feses 34,42 %, berat feses 0,55 gram dan rasio gastrointestinal 61,67 %. Pemberian muelleri glukomanan memberikan pengaruh yang nyata (α= 0,05) pada jumlah bakteri asam laktat (digesta caecum dan feses) dan pH (digesta caecum). Pada parameter yang lain tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (α=0,05) namun menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah bakteri Salmonella typhimurium dan jumlah bakteri Escherichia coli serta peningkatan kadar asam lemak rantai pendek dengan bertambahnya dosis muelleri glukomanan pada diet tikus. Pemberian 900 mg/kg muelleri glukomanan menghasilkan jumlah bakteri asam laktat digesta sebesar 8,997 log cfu/ml dan feses sebesar 9,754 log cfu/ml yang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan jumlah bakteri asam laktat kontrol positif yaitu masing-masing 8,175 dan 8,217 log cfu/ml. Di lain pihak, terjadi penurunan jumlah bakteri Salmonella typhimurium yaitu sebesar 4,145 log cfu/ml pada digesta dan 4,788 log cfu/ml pada feses, jika dibandingkan dengan kontrol positif yaitu masing-masing 5,155 dan 5,299 log cfu/ml. Selain itu juga terjadi penurunan jumlah bakteri Escherichia coli yaitu sebesar 5,672 log cfu/ml pada digesta dan 5,364 log cfu/ml pada feses, jika dibandingkan dengan kontrol positif yaitu masing-masing 5,860 dan 6,161 log cfu/ml. Pemberian muelleri glukomanan juga menurunkan nilai pH dari 7,64 (kontrol positif) menjadi 6,81 (dosis 900 mg/kg berat badan) serta meningkatkan kadar total asam lemak rantai pendek yaitu 24,14 μmol/gram (kontrol positif) menjadi 32,14 μmol/gram (dosis 900 mg/kg berat badan tikus).