Induksi Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) terhadap Profil Protein Serum, Ekspresi inducible Nitric Oxide Synthase, Kadar Malondialdehyde dan Gambaran Histologi

Main Author: Setin, Reviana
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/157742/
Daftar Isi:
  • Bakteri A. actinomycetemcomitans ditemukan pada plak gigi dan kantong periodontal apabila berlebihan akan menyebabkan berbagai penyakit. Bakteri ini tumbuh di dalam darah, sehingga dapat mempengaruhi keseluruhan sistem dalam tubuh serta profil protein dan menjadi penyebab utama periodontitis agresif lokal. Karena bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang membran terluarnya tersusun dari LPS yang bersifat endotoksin dan merupakan kompleks glikolipid yang tersusun atas polisakarida (hidrofilik) dan lipid A (hidrofobik). Selanjutnya dapat menginduksi Reactive Oxygen Species (ROS) dalam rongga mulut, menghasilkan radikal bebas sehingga mengakibatkan peningkatkan kadar MDA, kerusakan jaringan serta perubahan profil protein. Selanjutnya Produksi ROS dalam sel menyebabkan oksidasi makromolekul penting yaitu oksidasi protein, oksidasi DNA dan menyebabkan perubahan pada basa-basa penyusun DNA. Selain itu ROS juga menyebabkan peroksidasi lipid membran yang salah satu produk akhirnya adalah MDA. Salah satu jaringan yang terdapat dalam rongga mulut dapat terkena dampak langsung akibat produksi ROS berlebihan dari bakteri A. actinomycetemcomitans adalah jaringan kelenjar parotis. Jaringan kelenjar parotis adalah kelenjar ludah terbesar di bawah telinga yang berlokasi disekitar maksila. ROS dalam jumlah berlebihan khususnya di rongga mulut akibat paparan bakteri ini dapat langsung merangsang terjadinya kerusakan pada jaringan tersebut dengan cara menginfeksi dan merusak jaringan tersebut. Tujuan Penelitian ini ialah mengetahui profil protein serum, ekspresi iNOS, kadar MDA dan Gambaran histologis kelenjar parotis. Profil protein serum dapat diketahui dengan menggunakan metode Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE). Metode ini melibatkan gerakan partikel (koloid) yang bermuatan melalui suatu gel karena pengaruh medan listrik. Pergerakan molekul pada medan listrik dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, muatan serta sifat biologi dan kimia molekul. Selanjutnya untuk mengetahui ekspresi inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS) sel yang menghasilkan iNOS dapat diketahui dengan metode Imunohistokimia (IHK). IHK adalah suatu metode pewarnaan substansi yang melibatkan gabungan metode imunologi dan histologi. Metode pewarnaan substansi/bahan aktif di dalam jaringan dalam imunohistokimia menggunakan prinsip-prinsip dasar imunologi yaitu pengikatan bahan aktif (antigen) pada sisi aktif yang spesifik oleh suatu anti bahan aktif yang disebut antibodi. Kemudian untuk mengetahui kadar MDA yang menandai adanya peroksidasi lipid akibat ROS dan radikal bebas dapat diketahui melalui uji Thio Barbituric Acid (TBA). Pada uji ini reaksi antara MDA dengan TBA akan menghasilkan kondensasi antara 2 molekul TBA dan 1 molekul MDA. Hasil reaksi antara TBA dengan MDA akan menghasilkan perubahan warna larutan menjadi merah muda jika diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis akan memberikan panjang gelombang maksimum (533nm). Sedangkan untuk mengetahui gambaran histologis kelenjar parotis dengan metode pewarnaan hemaktosilin eosin (HE). Pewarnaan ini untuk mewarnai jaringan yang membutuhkan kontras antara sitoplasma dengan inti . Hematoksilin merupakan zat warna bersifat basa yang berupa garam dari basa-basa pembawa warna, diikuti radikal asam tidak berwarna selanjutnya mewarnai bagian inti sel yang bersifat asam dengan warna ungu. Eosin merupakan zat warna yang bersifat asam dan dapat menghasilkan warna merah pada sel sitoplasma yang bersifat basa. Penelitian ini melaporkan pada tikus kontrol ditemukan 10 pita dengan BM yaitu 14,671kDa, 23,446kDa, 29,641kDa, 40,517kDa, 46,154kDa, 64,754kDa, 79,758kDa, 117,887kDa, 157,004kDa dan 198,484kDa. Tetapi 8 pita yang terbentuk tidak ditemukan pada serum tikus sakit. Sedangkan pada tikus sakit ( Aa ) hanya ditemukan 8 pita dengan BM yaitu 15,862kDa, 18,069kDa, 21,126kDa, 46,154kDa, 61,467kDa, 84,023kDa, 157,004kDa dan 193,380kDa. Tetapi 6 pita yang terbentuk tidak ditemukan pada serum tikus kontrol. Sedangkan diantara pita protein yang terbentuk pada kedua perlakuan, ternyata ada 2 pita ditemukan pada tikus sakit maupun tikus kontrol dengan BM 46,154kDa dan 157,004kDa. Hal ini menunjukkan bahwa pada tikus sakit terbentuk protein baru dengan BM yaitu 14,671kDa, 23,446kDa, 29,641kDa, 40,517kDa, 64,754kDa, 79,758kDa, 117,887kDa, 198,484kDa dan ada pita protein yang hilang. Selanjutnya jumlah kadar MDA memiliki perbedaan yang nyata (P 0,05) pada tikus kontrol dan tikus sakit. Pada tikus kontrol yaitu 3,135±0,0436ppm dan tikus sakit 6,307±0,0473ppm. Kemudian untuk gambaran histologis terlihat kondisi beda pada tikus kontrol dan tikus sakit. Pada tikus kontrol terlihat sel-sel epitel berada dalam kondisi baik, sel-sel epitelnya terlihat lebih rapat. Sedangkan tikus sakit menunjukkan adanya kerusakan jaringan kelenjar parotis terutama pada sel-sel epitel dan hilangnya beberapa sel penyusun sel epitel yang tidak tersusun rapat. Karena tidak ada poliferasi sel-sel yang menyusun sel-sel epitel kelenjar parotis. Selanjutnya untuk Ekspresi iNOS dikonfirmasi dengan adanya warna coklat yang terbentuk pada preparat kelenjar parotis. Jumlah sel yang terekspresi iNOS pada tikus kontrol sebesar 0,166 ±