Evaluasi Pemanfaatan Makroinvertebrata Bentos sebagai Bioindikator Kelayakan Kualitas Air Irigasi di Kabupaten Malang
Main Author: | Kartikasari, Desi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/157721/ |
Daftar Isi:
- Kualitas hasil pertanian sangat dipengaruhi oleh air irigasi. Pemantauan kualitas air irigasi merupakan hal penting yang diperlukan dalam rangka pengelolaan air irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kualitas air beberapa saluran irigasi tersier Kabupaten Malang, (2) mengetahui struktur komunitas dan diversitas makroinvertebrata bentos pada saluran irigasi tersier, (3) mengetahui korelasi antara kualitas air dengan struktur komunitas dan diversitas makroinvertebrata bentos pada saluran irigasi tersier dan (4) menentukan efektivitas pemanfaatan makroinvertebrata bentos sebagai bioindikator kualitas air di saluran irigasi tersier Kabupaten Malang. Penelitian ini dilakukan dengan: (1) melakukan survey ke beberapa saluran irigasi di Kabupaten Malang untuk mengetahui interaksi antara kualitas air dengan struktur komunitas makroinvertebrata bentos di saluran irigasi; (2) melakukan perbandingan kualitas fisiko-kimia air dan struktur komunitas makroinvertebrata bentos pada saluran irigasi yang mempunyai kualitas baik dan buruk untuk mengetahui efektivitas makroinvertebrata bentos sebagai bioindikator kualitas air irigasi. Penelitian pertama dilakukan di Kabupaten Malang yaitu Karangploso dan Kepanjen pada bulan Mei-Juni 2012, Tumpang pada bulan Desember 2012 sedangkan penelitian kedua dilakukan di Desa Kedung Pendaringan Kecamatan Kepanjen pada bulan November 2012-Maret 2013. Pengambilan sampel pada penelitian pertama dilakukan pada daerah hulu yang dekat dengan mata air (satu stasiun) dan saluran irigasi pertanian (dua stasiun) dengan ulangan tiga plot pada setiap stasiun pengamatan. Pengambilan sampel pada penelitian kedua dilakukan pada saluran irigasi yang tidak ditanami vegetasi riparian (hulu) dan sesudah penanaman vegetasi riparian (hilir) dengan ulangan masing-masing tiga plot pada tiap stasiun. Makroinvertebrata bentos diidentifikasi di Laboratorium Ekologi dan Diversitas Hewan. Data kualitas air (suhu, pH, DO, konduktivitas) diamati langsung di lapangan, sedangkan variabel alkalinitas, nitrat, fosfat terlarut, TOM, TDS dan TSS diamati di Laboratorium Ekologi dan Diversitas Hewan dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya Malang. Hasil pengukuran kualitas air dan penghitungan makroinvertebrata bentos pada penelitian pertama digunakan untuk penghitungan indeks kualitas air (WQI) dan indeks biotik (beberapa indeks ekologis dan indeks diversitas). Hubungan antara kualitas air dengan struktur komunitas dan diversitas makroinvertebrata bentos pada saluran irigasi pertanian diketahui melalui analisis biplot. Efektivitas makroinvertebrata bentos sebagai bioindikator diketahui dari uji korelasi indeks biotik terpilih dengan indeks kualitas air. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa kualitas air pada mata air dan saluran irigasi tersier di Kepanjen, Karangploso dan Tumpang Kabupaten Malang sangat bervariasi. Nilai pH, DO, Nitrat, Fosfat terlarut, TOM, TDS dan TSS pada saluran irigasi tersier Kabupaten Malang masih memenuhi standar baku mutu kualitas air berdasarkan PP RI No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas II dan III. Berdasarkan beberapa Indeks kualitas air (NSF-WQI, Indeks O`Connor`s dan Indeks Prati`s Implicit ) diperoleh informasi saluran irigasi tersier Kabupaten Malang termasuk dalam kategori medium hingga good dan dari acceptable hingga slightly polluted . Habitat saluran irigasi tersebut, berdasarkan hasil analisis cluster pada tingkat kesamaan 80% dibagi menjadi dua kelompok yaitu wilayah Tumpang 1 dan 2 (kelompok 1) dan wilayah yang lainnya menjadi kelompok 2. Karakteristik kualitas air kelompok 1 dicirikan oleh nilai TDS, nitrat, debit, konduktivitas dan alkalinitas lebih tinggi serta nilai TOM dan TSS yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok 2. Makroinvertebrata bentos yang ditemukan di saluran irigasi tersier lebih sederhana dibandingkan dengan mata air. Hal tersebut ditunjukkan melalui kekayaan taksa, kelimpahan, indeks nilai penting (INP), indeks diversitas dan beberapa indeks ekologis (HBI, ASPT, EPT, EPT/C). Pada saluran irigasi hampir semuanya didominasi oleh taksa Melanoides tuberculata dan Tarebia granifera yang merupakan kelompok taksa toleran terhadap pencemar sedangkan daerah mata air didominasi oleh taksa Baetidae, Hydropsychidae, Planariidae dan Caenidae yang merupakan kelompok taksa sensitif. Interaksi antara kualitas air dengan makroinvertebrata bentos berdasarkan analisis biplot multivariat dan interaksi antara indeks kualitas air dengan beberapa indeks ekologis menunjukkan bahwa mata air Tumpang 1 secara konsisten menunjukkan kualitas air yang lebih baik dibandingkan dengan semua wilayah saluran irigasi yang diteliti dan mata air Karangploso yang ditandai dengan rendahnya kadar TOM dan TSS, keberadaan jenis Planariidae, Hydropsychidae dan Baetidae, rendahnya nilai HBI, dan tingginya nilai ASPT, kekayaan taksa, nilai indeks EPT dan EPT/C. Saluran irigasi Kepanjen 1 secara konsisten mempunyai kualitas yang lebih buruk dibandingkan wilayah lainnya yang dicirikan oleh kadar TOM tertinggi, keberadaan jenis M. tuberculata dan T. granifera , nilai H, EPT, EPT/C dan ASPT yang relatif rendah, serta nilai HBI tertinggi. Validasi pemanfaatan indeks ekologis dan taksa makroinvertebrata bentos telah dilakukan pada saluran irigasi yang ditanami riparian 250 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makroinvertebrata bentos dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas air irigasi. Peningkatan kualitas air ini tercermin dari peningkatan nilai DO dan penurunan kadar alkalinitas, fosfat terlarut, nitrat dan TSS pada daerah hilir, indeks ekologis dan taksa makroinvertebrata bentos. Peningkatan kategori kualitas air dari fairly poor (HBI=6,84) di bagian hulu menjadi fair (HBI=6,5) di bagian hilir, serta probable moderate pollution (ASPT=4,0) di bagian hulu menjadi doubtful quality (ASPT=5,14) di bagian hilir. Selain itu, juga terjadi perubahan struktur komunitas makroinvertebrata bentos yang didominasi oleh taksa toleran ( M. tuberculata dan T. granifera ) pada daerah hulu menjadi taksa sensitif (Caenidae dan Baetidae) pada daerah hilir. Dengan demikian nilai HBI rendah (kuran