Studi Pengaruh Salinitas dan Total Karbon Organik terhadap Pelepasan Logam Berat (Cu dan Pb) dari Lumpur Lapindo
Main Author: | Juniawan, Alvin |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2012
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/157610/ |
Daftar Isi:
- Selama ini pembuangan lumpur Lapindo dialirkan ke laut melalui Sungai Porong. Namun sejak akhir tahun 2009 sampai sekarang pembuangan lumpur dilakukan di Sungai Aloo dan Sungai Porong sehingga diduga akan dapat mencemari kelestarian ekosistem di sekitar aliran sungai. Penelitian ini mengkaji pengaruh dari salinitas perairan dan total karbon organik pada lumpur Lapindo terhadap fluktasi unsur logam berat Cu dan Pb ke dalam perairan sungai Aloo dan sungai Porong. Pada penelitian ini sampel lumpur Lapindo diambil dari 4 lokasi yang berbeda yaitu lumpur lapindo A, B, C dan D, untuk A dan B dekat Sungai Aloo sedangkan C dan D dekat Sungai Porong. Sampel air yang diambil berasal dari Sungai Aloo dan Sungai Porong yang diambil pada daerah air tawar, air payau dan air laut. Karakterisasi lumpur untuk sifat fisik meliputi tekstur, dan porositas. Sedangkan karakterisasi untuk sifat kimia meliputi pH, KTK, Asam humat, kadar Pb, kadar Cu, kadar air dan C-Organik. Parameter fisik lumpur Lapindo hasil pengujian massa jenis menunjukkan bahwa lumpur cukup berat (berkisar 2,34 – 2,35 cm.cm -3 ) karena adanya kandungan oksida. Oksida silika, kalsium, natrium dan kalium mempunyai densitas yang berat dan menyebabkan lumpur juga mempunyai densitas yang berat. Hasil analisa tekstur lumpur Lapindo yang diperoleh pada Sampel Lapindo A ( Pasir ;8%, debu;39%, dan liat 53%), sedangkan pada sampel Lapindo C (Pasir 20%, debu 46%, dan liat 34%). Dari analisa sifat fisik ini dapat disimpulkan bahwa lumpur Lapindo A memiliki tekstur lumpur Liat , sedangkan lumpur Lapindo C memiliki tekstur lempung berliat . Hasil analisa porositas pada lumpur Lapindo diperoleh untuk lumpur Lapindo A sebesar 46,75% dan lumpur Lapindo C sebesar 44,5%. Hal ini dikarenakan persentase antara fraksi pasir, debu dan liat masih terlihat seimbang pada Lapindo C dimana fraksi pasir lebih besar pada lumpur Lapindo C, sehingga menyebabkan sedikit terbentuknya pori-pori. Dengan terbentuknya pori yang sedikit ini maka luas permukaan sentuhnya menjadi sempit, sehingga daya pegang air akan lemah. Kondisi ini yang menyebabkan udara dan air mudah untuk keluar masuk lumpur, sehingga hanya sedikit air yang bisa tertahan. Konsentrasi logam Cu lebih besar dibandingkan konsentrasi logam Pb dalam lumpur Lapindo yaitu sebesar 0,83-1,31 mg/kg untuk Cu dan 0,27-0,34 mg/kg untuk Pb. Hal ini dikarenakan kelimpahan logam berat Cu pada kerak bumi sebesar 50 mg/kg sedangkan logam Pb hanya sebesar 15 mg/kg (Moore, 1991) sehingga keberadaan logam di alam Cu relatif lebih besar dibandingkan logam Pb. Kadar karbon organik total pada lumpur Lapindo yang diperoleh dari hasil analisa yaitu untuk Lapindo A = 54,75%; Lapindo B = 55,47%; Lapindo C = 54,82%; dan Lapindo D = 55,02%. Sumber karbon organik yang terdapat di dalam lumpur Lapindo kemungkinan berasal dari dekomposisi tumbuhan dan hewan yang berasal dari sisa tanaman dan hewan yang mati ketika lumpur menggenangi sawah pertanian di desa. Salah satu karbon organik yang mungkin ditemukan adalah asam humat. Namun dari hasil analisa kandungan asam humat dalam lumpur Lapindo tidak terdeteksi. Nilai kapasitas tukar kation (KTK) sebesar 34,89 – 35,42 Me/100g. Nilai kapasitas tukar kation pada lumpur Lapindo mencerminkan kemampuan lumpur Lapindo di dalam mengikat kation logam berat. KTK pada lumpur Lapindo ini tergolong tinggi. Karena nilai KTK dari lumpur Lapindo sangat tinggi maka kandungan bahan organik dan mineral organik yang berperan dalam penyerapan logam berat pada lumpur Lapindo juga besar. Nilai pH pada lumpur Lapindo yaitu antara 6-7 yang dikategorikan dalam kondisi yang netral. Kandungan Total organik Karbon(TOC) pada lumpur lapindo cukup besar yaitu berkisar antara 54-55%. Kandungan TOC (Total Organik Karbon) tertinggi terletak pada lokasi B yaitu 55,47%. Sumber karbon yang terkandung di dalam lumpur Lapindo kemungkinan berasal dari dekomposisi tumbuhan dan hewan. Karbon organik yang terdapat di dalam lumpur Lapindo lebih dimungkinkan cenderung mengikat logam berat Cu daripada logam Pb yang dikarenakan jari-jari ion Cu lebih kecil daripada jari-jari ion Pb yaitu Cu = 74 pm dan jari-jari ion Pb = 108 pm. Jika semakin besar ukuran jari-jari atom logam maka akan menyebabkan ikatan logam semakin lemah sehingga mengakibatkan logam berat Pb dalam lumpur memiliki konsentrasi yang kecil. Fluks logam yang tertinggi untuk logam Pb terdapat pada lumpur lapindo yang dikontakan dengan Sungai Porong yaitu pada daerah air tawar, sedangkan untuk logam Cu fluks tertinggi terdapat pada lumpur lapindo yang dikontakan dengan Sungai Aloo pada daerah air tawar. Jadi fluks logam berat yang tertinggi dari semua lokasi sampel air terletak pada daerah air tawar. Hal ini disebabkan karena kelarutan ion-ion logam berat seperti Pb 2+ dan Cu 2+ dipengaruhi oleh besarnya kandungan ion bikarbonat HCO 3 - yang terlarut di dalam air sungai dimana ion bikarbonat dapat meningkatkan kelarutan ion logam di dalam perairan. Pada air payau yaitu lokasi APY dan PPY fluks logam