Pembuatan Kolom Monolitik Berbasis Polimer Organik Untuk Pemisahan Anion Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Main Author: Annisa`, Dewi
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/157537/
Daftar Isi:
  • Pemisahan spesies ion memiliki peranan yang sangat penting di berbagai bidang keilmuan secara luas. Salah satu perkembangan yang sedang dilakukan yaitu modifikasi kolom. Monolit berbasis polimer organik memiliki keunggulan yaitu stabilitas pada rentang pH yang lebar, tidak ada efek silanol, fleksibilitas dan kemampuannya untuk berbagai aplikasi. Dengan kelebihan monolit berbasis polimer organik maka mungkin dikembangkan untuk kebutuhan deteksi ion – ion anorganik dalam memonitor kualitas sampel air lingkungan seperti air hujan asam dan air sungai, untuk analisa sampel cairan tubuh seperti ludah dan untuk mengevaluasi pemurnian air. Keuntungan penggunaan kromatografi ion ialah kemampuannya untuk memisahkan anion organik maupun anorganik secara simultan dalam sekali running. Oleh karena itu, deteksi anion organik maupun anorganik menggunakan kromatografi ion menjadi lebih sederhana dan sensitif. Dalam penelitian ini, teknologi monolit polimer organik akan dikembangkan sebagai kolom penukar anion kuat (strong anion exchanger) dalam kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk pemisahan anion menggunakan metode indirect UV detection. Monolit polimer organik yang dikembangkan pada penelitian ini berbasis metakrilat, yaitu poli-GMA-co-EDMA(poli-glisidil metakrilat-co-etilen dimetakrilat) yang disintesis secara in-situ pada kolom silicosteel dengan panjang 10 cm dan inner diameter 0,5 mm dengan keberadaan porogen (campuran 1-propanol, 1,4-butandiol, air) dan inisiator AIBN. Kolom silicosteel sebelumnya telah disilanasi dengan MAPS, untuk menjamin terjadinya ikatan kovalen antara monolith dengan dinding bagian dalam kolom. Proses sintesis polimer dilanjutkan dengan modifikasi gugus aktif menggunakan dietilamin untuk membuka cincin epoksi dan benzil klorida untuk menyediakan situs positif ammonium tersier. Monolit dibuat dalam beberapa variasi komposisi total monomer (%T) dan komposisi crosslinker (%C). %T dan %C merupakan faktor yang mempengaruhi porositas monolith, sehingga perlu diatur untuk mendapatkan porositas yang optimum. Dari hasil karakterisasi kolom monolit poli-(GMA-co-EDMA), komposisi kolom monolit dengan %T 40, %C 25 dan waktu polimerisasi 24 jam merupakan komposisi total monomer dan komposisi crosslinker yang ideal. Komposisi tersebut mempunyai kestabilan mekanis dan permeabilitas yang baik, molecular recognition sites yang memadai (ditandai dengan binding capacity yang mencapai 10,119 mg/mL), serta memiliki proporsi flow-through pore dan mesopores yang seimbang (45,04% dan 41,32%). Kolom monolit poli-(GMA-co-EDMA) dengan %T 40 dan %C 25 ini dapat memisahkan sampel campuran anion yang terdiri dari ion flourida, bromida, sulfat dan nitrat. Hasil kromatografi memberikan profil puncak-puncak yang terpisah dengan selektifitas () dan resolusi (Rs) yang baik, yaitu nilai  lebih dari 1 sedangkan nilai Rs lebih dari 1,5.