Kemiskinan Struktural Petani Miskin Di Perdesaan (Studi Kasus di Desa Mlorah, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk)

Main Author: Santoso, Marjoko
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/157145/
Daftar Isi:
  • Kemiskinan saat ini masih menjadi problem negara-negara berkembang, termasuk negara Indonesia. Indonesia, sebagaimana negara lain yang juga berperang melawan kemiskinan, telah menjadikan pembangunannya searah dengan tujuan untuk mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu, prioritas pembangunan di Indonesia juga searah dengan program pro-poor, pro-job, pro-gender dan pro-environment. Pembangunan yang seirama dengan gerakan pro-poor adalah pembangunan yang mengarah kepada bagaimana mengentaskan kemiskinan bagi masyarakat yang masih dirundung kemiskinan. Sektor pertanian merupakan sektor strategis bagi bangsa Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar penduduk Indonesia hidup di perdesaan dengan mata pencaharian sebagai petani. Keberadaan petani merupakan kekuatan tersendiri bagi pembangunan nasional. Kemiskinan di perdesaan hampir sepenuhnya melekat pada kegiatan pertanian rakyat. Berdasarkan data statistik menunjukkan bahwa sekitar 30% dari total penduduk miskin Indonesia berada di perkotaan sedangkan 70%-nya tinggal di daerah perdesaan dengan menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang relatif rendah jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perkotaan. Perbedaan pendapatan tersebut berkaitan erat dengan produktivitas para petani di Indonesia yang tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain luas lahan yang dimiliki, kebijakan pemerintah dalam hal pemberian insentif kepada petani dan tidak meratanya penguasaan aset. Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia berada di perdesaan dan mereka menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, maka apabila penanggulangan kemiskinan dititikberatkan pada sektor pertanian, maka akan memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan. Sebelum melaksanakan penanggulangan kemiskinan pada masyarakat petani maka terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab munculnya kemiskinan pada masyarakat tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana kondisi kemiskinan struktural pada petani miskin, dan 2) faktor-faktor apa yang menjadi penyebab kemiskinan struktural dan pada petani miskin di Desa Mlorah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Data dicari dengan metode pengambilan data melalui wawancara mendalam, observasi lapangan dan dokumentasi kegiatan yang berhubungan dengan latar belakang permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini informan yang digunakan dipilih berdasarkan teknik puposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan suatu tujuan tertentu bagi penelitian. Desa Mlorah, tempat dilaksanakan penelitian ini, merupakan desa yang jumlah penduduknya cukup banyak yang sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai petani, baik petani kecil, petani penyewa, buruh tani, atau tuan tanah yang menguasai tanah dengan luas yang cukup besar di desa tersebut. Adanya kesenjangan terhadap penguasaan tanah tersebut menjadikan petani kecil (baik pemilik, penyewa) maupun buruh tani berada dalam miskin dan hampir miskin. Gambaran kemiskinan pada masyarakat tani di Desa Mlorah terdiri atas akses pendikan yang terbatas, upah buruh dan penghasilan petani kecil yang rendah, akses pada tanah yang terbatas karena penguasaan tanah banyak dilakukan oleh segelintir orang. Selain itu juga keadaan rumah tinggal yang jauh dari kata sehat dan sanitasi yang terbatas. Faktor-faktor penyebab kemiskinan struktural pada masyarakat tani di Desa Mlorah karena adanya dampak dari pola pranata sosial di masyarakat tersebut. Hal ini menimbulkan ketergantungan petani miskin terhadap pihak yang kelas sosial berada di atasnya dimana petani menyewa tanah ataupun para buruh tani yang bekerja kepada majikan atau tuan tanahnya. Hal ini juga yang menyebabkan ketidakadilan struktural terjadi dimana sebagian petani tidak mampu membeli lahan pertaniannya sendiri dan yang dipunyainya hanya warisan dari orangtua. Demikian juga dengan kekayaan struktural yang hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk desa yang mampu mengakses sumber-sumber modal yang ada sehingga tidak mengalami kemiskinan. Petani kecil juga mengalami kesulitan dalam hal permodalan dan lahan. Mereka terkadang meminjam kepada renternir dalam upaya mendapatkan modal untuk persiapan produksi pertanian. Petani miskin juga cenderung pasrah dalam hal pemanfaatan aset-aset atau bantuan dari pemerintah. Hal ini tercermin, misalnya, dari bantuan dari pemerintah yang seringkali dimanfaatkan oleh elit-elit desa yang sebenarnya tidak berhak menerima bantuan tersebut. Adanya disparitas pembangunan juga memicu terjadinya kemiskinan struktural yang terjadi di Desa Mlorah. Jaringan irigasi yang jauh dari sumber air menyebabkan pengairan untuk jenis tanaman pada musim kemarau kurang optimal. Fasilitas pendidikan yang belum optimal sebelumnya menyebabkan banyaknya masyarakat tani tidak dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi terutama generasi tua. Kondisi lainnya yang menghinggapi kondisi masyarakat tani yaitu keadaan infrastruktur kesehatan yang belum memadai. Oleh sebab itu, adanya kungkungan struktural tersebut menyebabkan masyarakat miskin kekurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corak rintangan yang menghalangi mereka untuk maju. Kebijakan pemerintah merupakan faktor penting dalam hal menentukan kesejahteraan petani. Kebijakan dalam hal penetapan harga dasar terhadap hasil panen, harga pupuk bersubsidi, dan kebijakan-kebijakan lain yang berpihak kepada petani. Mahalnya harga pupuk dan sarana produksi lain sementara petani tidak bisa menentukan harga hasil taninya sendiri sudah barang tentu menyulitkan petani. Ketiadaan kebijakan yang lebih berpihak pada petani miskin, seperti penurunan harga pupuk dan harga kebutuhan sehari-hari serta pembatasan impor dan akses pasar mengakibatkan para petani miskin menjadi tidak berdaya.