Dampak Kebijakan Ekonomi Kedelai terhadap Kinerja Perkedelaian Indonesia
Main Author: | Perdana, RestyPuspa |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/156011/ |
Daftar Isi:
- Kedelai merupakan salah satu bahan makanan yang mempunyai potensi sebagai sumber utama protein. Sebagai sumber protein yang tidak mahal, kedelai telah lama dikenal dan digunakan dalam beragam produk makanan, seperti tahu, tempe dan kecap. Selain itu kedelai juga merupakan bahan baku industri yang penting terutama industri makanan ternak (Puslitbang Tanaman Pangan, 2005). Selain merupakan komoditas palawija yang dimasukkan ke dalam kebijakan pengadaan pangan nasional, kedelai adalah salah satu komoditas penting dalam pencapaian ketahanan pangan masyarakat dan perekonomian nasional. Produksi kedelai nasional akhir-akhir ini belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi nasional. Hal tersebut mengharuskan impor kedelai dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga sejak tahun 2006 impor kedelai rata-rata meningkat sebesar 19,8 persen per tahun. Kecenderungan meningkatnya pangsa kedelai impor di Indonesia, menunjukan bahwa pasar kedelai dalam negeri memiliki prospek yang cukup baik. Ketergantungan terhadap impor kedelai dapat dikurangi dengan melakukan upaya-upaya peningkatan produksi kedelai nasional agar swasembada kedelai dapat tercapai. Disisi lain Indonesia sebagai anggota WTO harus mematuhi Agreement on Agriculture (AoA). Inti kesepakatan AoA adalah: (1) Meningkatkan akses pasar melalui pengurangan hambatan perdagangan, berupa penurunan tarif impor, tarifikasi hambatan non tarif, (2) Pengurangan subsidi ekspor ( export subsidy ), dan (3) Pengurangan bantuan kepada petani dalam negeri ( domestic support ) (FAO, 2003). Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis perilaku ekonomi perkedelaian di Indonesia (luas areal panen, produktivitas, produksi, impor, stok, penawaran, permintaan, harga di tingkat petani dan pedagang besar) dan (2) mensimulasi berbagai kebijakan ekonomi terhadap keragaan perkedelaian Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series (deret waktu) dengan periode waktu 30 tahun, yaitu dari tahun 1982-2011. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model persamaan simultan dengan metode 2SLS. Hasil analisis terhadap perilaku ekonomi perkedelaian Indonesia menunjukkan bahwa: (1) luas areal panen kedelai di Jawa dipengaruhi secara positif oleh harga kedelai tingkat petani dan luas areal panen kedelai di Jawa tahun sebelumnya, sedangkan harga jagung berpengaruh negatif terhadap luas areal panen kedelai di Jawa, (2) luas areal panen kedelai di luar Jawa dipengaruhi secara positif oleh harga kedelai tingkat petani dan luas areal panen kedelai di luar Jawa tahun sebelumnya, sedangkan harga pupuk dan harga jagung berpengaruh negatif terhadap luas areal panen kedelai di luar Jawa, (3) produktivitas kedelai di Jawa dipengaruhi secara positif oleh produktivitas kedelai di Jawa tahun sebelumnya, (4) produktivitas kedelai di luar Jawa dipengaruhi secara positif oleh produktivitas kedelai di luar Jawa tahun sebelumnya, sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap produktivitas kedelai di luar Jawa, (5) impor kedelai Indonesia dipengaruhi secara positif oleh permintaan kedelai, nilai tukar rupiah terhadap dollar dan impor kedelai tahun sebelumnya, sedangkan produksi kedelai dan harga kedelai jmpor berpengaruh negatif terhadap impor kedelai Indonesia, (6) harga kedelai dunia dipengaruhi secara positif oleh impor kedelai dunia, sedangkan ekspor kedelai dunia berpengaruh negative terhadap harga kedelai dunia, (7) harga kedelai impor Indonesia dipengaruhi secara positif oleh harga kedelai dunia, (8) permintaan kedelai industri tempe dipengaruhi secara positif oleh harga tempe, jumlah penduduk, dan permintaan kedelai industri tempe tahun sebelumnya, sedangkan harga kedelai tingkat petani berpengaruh negatif terhadap permintaan kedelai industri tempe, (9) permintaan kedelai industri tahu dipengaruhi secara positif oleh jumlah penduduk dan permintaan kedelai industri tahu tahun sebelumnya, (10) harga kedelai di tingkat pengecer dipengaruhi secara positif oleh harga kedelai impor Indonesia, dan (11) harga kedelai di tingkat petani dipengaruhi secara positif oleh harga kedelai di tingkat pengecer, harga kedelai impor, harga pupuk, produksi kedelai Indonesia, dan harga kedelai di tingkat petani tahun sebelumnya. Dari hasil simulasi menunjukan: (a) penghapusan tarif impor akan meningkatkan impor kedelai Indonesia sebesar 3,1 persen, menurunkan produksi kedelai Indonesia 2,5 persen, menurunkan harga kedelai di tingkat pengecer dan harga kedelai di tingkat petani masing-masing sebesar 3,6 persen dan 3,9 persen, dan meningkatkan permintaan kedelai domestik sebesar 0,02 persen, (b) pemberlakuan tarif impor sebesar 5 persen akan menurunkan impor sebesar 1,22 persen, meningkatkan produksi kedelai Indonesia sebesar 1,37 persen, menaikkan harga kedelai di tingkat pengecer dan petani masing-masing sebesar 0,54 persen dan 0,31 persen, dan menurunkan permintaan kedelai domestik sebesar 0,009 persen, (c) peningkatan harga pupuk 20 persen akan menurunkan produksi kedelai Indonesia 14,8 persen,meningkatkan impor kedelai Indonesia 0,52 persen, dan menaikkan harga kedelai baik di tingkat pengecer dan petani masing-masing sebesar 0,06 persen dan 5,4 persen, (d) peningkatan suku bunga 25 persen akan menurunkan produksi kedelai Indonesia 4,6 persen, menurunkan permintaan kedelai domestik sebesar 2,24 persen, meningkatkan impor kedelai 0,48 persen dan menaikkan harga kedelai di tingkat pengecer dan petani masing-masing sebesar 1,14 persen dan 0,065 persen. Saran yang dapat diberikan sesuai dengan hasil yang diperoleh antara lain pemerintah dapat menerapkan kebijakan yang mampu menekan atau membatasi impor sekaligus meningkatkan produksi kedelai Indonesia antara lain yaitu penetapan kembali tarif impor karena penghapusan tarif impor kedelai justru berdampak pada peningkatan impor kedelai. Hal ini didasarkan pada Agreement of Agriculture (AoA) yang memberikan toleransi untuk negara-negara berkembang. Dalam upaya peningkatan produksi kedelai domestik diperlukan kebijakan yang memberikan manfaat bagi produsen dan konsumen. Kebijakan yang dilakukan secara parsial akan menimbulkan ketidakadilan karena dapat menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lainnya. Peningkatan produksi kedelai di Jawa dengan kendala keterbatasan lahan maka kebijakan yang dapat diterapkan yaitu intensifikasi produksi dan pemberian subsidi input. Di luar Jawa yang masih memiliki lahan yang cukup dan berpotensi untuk dikembangkan maka kebijakan ekstensifikasi yang juga didukung dengan pemberian subsidi input dapat menjadi alternat