Pengaruh Informasi Asimetris Terhadap Pendapatan Usahatani Tebu Dalam Kemitraan Di Wilayah Kerja PG Krebet Baru

Main Author: Purwanto, Heri
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/155976/
Daftar Isi:
  • Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia karena sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Pemerintah telah menargetkan swasembada gula putih pada tahun 2014. Target gula putih pada tahun 2014 yang ditetapkan secara nasional adalah 4,2 juta ton. Swasembada gula dapat dicapai dengan cara meningkatkan produksi gula dalam negeri. Salah satu upaya untuk meningkatakn produksi gula adalah meningkatkan produktivitas tebu sebagai bahan baku produksi gula. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi tebu adalah dengan penguatan kelembagaan kemitraan antara petani tebu dengan pabrik gula. PG Krebet Baru merupakan pabrik gula yang ada di Kabupaten Malang yang kebutuhan tebunya 99,9% dipenuhi melalui kemitraan dengan petani tebu. Kemitraan antara petani tebu dengan PG Krebet Baru, diharapkan dapat menguntungkan kedua belah pihak yang bermitra. Namun, fakta yang terjadi di lapang menunjukkan bahwa petani tebu merupakan pihak yang lemah karena isi perjanjian dalam kontrak lebih banyak ditetapkan oleh pihak–pihak lain seperti KUD, tenaga kerja tebang angkut, dan ketua kelompok tani. Ketidaksempurnaan informasi mengenai biaya usahatani tebu kemitraan menimbulkan biaya transaksi akibat informasi asimetris yang dimiliki petani tebu. Biaya transaksi muncul apabila biaya yang dibayarkan petani tebu kepada pihak KUD, tenaga kerja tebang angkut, dan ketua kelompok tani lebih besar dari pada biaya riil berupa nilai effort yang dilakukan pihak-pihak tersebut. Hal tersebut tentunya akan merugikan pihak petani karena akan berpengaruh terhadap pendapatan total usahatani tebu yang seharusnya diterima oleh petani tebu tersebut. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi jenis informasi asimetris yang menimbulkan biaya transaksi pada pihak petani tebu mitra. (2) Menganalisis tingkat biaya transaksi dalam usahatani tebu yang dikeluarkan petani tebu mitra akibat adanya informasi asimetris yang dimiliki. (3) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani tebu yang diterima petani mitra akibat adanya informasi asimetris. Metode penelitian yang dibahas meliputi metode penentuan lokasi, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Penentuan lokasi ditentukan secara purposive yaitu di Desa Bakalan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, dan di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Penentuan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan pertimbangan luas areal lahan tebu milik petani tidak beragam sehingga diperoleh sampel petani tebu sebanyak 30 dari populasi sebanyak 135 petani tebu di Desa Bakalan dan sampel petani tebu sebanyak 29 dari populasi sebanyak 110 di Desa Petungsewu. Sedangkan metode pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi mengenai hal-hal yang b erkaitan dengan topik penelitian. Selanjutnya metode analisis data menggunakan analisis usahatani tebu dengan mempertimbangkan faktor informasi asimetris pada pihak petani tebu. Hasil dari penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: 1. Jenis informasi asimetris yang terjadi antara pihak KUD, penebang dan pengangkut tebu, ketua kelompok tani, dan PG Krebet Baru dengan pihak petani tebu mitra termasuk dalam kategori jenis informasi asimetris adverse selection. Hal tersebut didasarkan pada identifikasi lapang yang menunjukkan bahwa penyimpangan dilakukan sejak awal perjanjian kemitraan akan ditandatangani dengan pihak petani tebu sesuai ciri khas tipe penyimpangan adverse selection. Penyimpangan yang dilakukan meliputi beberapa variabel yaitu biaya transaksi pupuk, biaya transaksi tebang, biaya transaksi angkut, biaya transaksi mandor tebang, biaya transaksi bunga kredit, biaya transaksi bunga OTA, biaya transaksi kelompok tani, dan biaya transaksi KUD. 2. Analisis usahatani menunjukkan rata-rata biaya transaksi akibat informasi asimetris pada pihak petani tebu di Desa Bakalan meliputi biaya transaksi tebang, biaya transaksi angkut, biaya transaksi pupuk, biaya transaksi bunga kredit, biaya transaksi bunga OTA, biaya transaksi mandor tebang, biaya transaksi kelompok tani, dan biaya transaksi KUD sebesar Rp 1.886.303 dari total biaya usahatani sebesar Rp 16.293.621. Sedangkan rata-rata biaya transaksi akibat informasi asimetris pada pihak petani tebu di Desa p etungsewu meliputi biaya transaksi tebang, biaya transaksi angkut, biaya transaksi bunga kredit, biaya transaksi bunga OTA, biaya transaksi kelompok tani, dan biaya transaksi KUD sebesar Rp 3.247.304 dari total biaya usahatani sebesar Rp 17.519.758. Biaya transaksi dalam penelitian ini muncul karena petani tebu tidak mempunyai informasi sempurna mengenai penetapan biayabiaya tersebut sehingga pihak lain seperti pihak KUD, tenaga kerja tebang angkut, dan ketua kelompok tani mengambil keuntungan lebih dengan cara menetapkan biaya usahatani tebu kemitraan lebih tinggi dari pada biaya riil yang seharusnya dibayarkan oleh petani tebu. Penerimaan total yang diperoleh petani tebu mitra di Desa Bakalan adalah rata