Model Alternatif Perencanaan Pengembangan Wisata Alam Dalam Kawasan Hutan di Wilayah Kabupaten Malang

Main Author: Fatma, HildaNuzulul
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/155827/
Daftar Isi:
  • Dilatarbelakangi oleh kerusakan sumberdaya alam terutama hutan karena eksploitasi kayu-kayu yang ada di dalamnya, yang tidak hanya menyebabkan rusaknya ekosistem hutan tetapi secara luas berdampak pada pemanasan global, maka perlu adanya upaya pemanfaatan terhadap hutan dengan cara bijaksana yaitu antara lain dengan pemanfaatan jasa lingkungan hutan untuk wisata alam sehingga kelestarian hutan terjaga, kesejahteraan masyarakat disekitarnya meningkat dan pendapatan daerah juga meningkat. Berangkat dari perencanaan pengembangan wisata alam di Kabupaten Malang yang ada, dimana wisata alamnya banyak terdapat di dalam kawasan hutan yang belum memberikan kontribusi lebih bagi wisata alam dan hutannya, masyarakat sekitar hutan, pengelola wisata alam dan peningkatan pendapatan daerah, maka perlu adanya model alternatif perencanaan pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan di Kabupaten Malang yang dapat menjawab permasalahan perencanaan sehingga dampak perencanaan dapat memberikan output seperti yang diharapkan. Dimana rumusan masalahnya adalah: (1) Bagaimanakah model perencanaan pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan di wilayah Kabupaten Malang? (2) Apakah kelebihan dan kekurangan model perencanaan pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan di wilayah Kabupaten Malang? (3) Bagaimanakah strategi mengatasi kekurangan model perencanaan pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan di wilayah Kabupaten Malang? Adapun tujuan penelitiannya adalah ini untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan, (1) Model Perencanaan pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan di wilayah Kabupaten Malang; (2) Kelebihan dan kekurangan model perencanaan pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan di wilayah Kabupaten Malang; dan (3) Strategi mengatasi kekurangan model perencanaan pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan di wilayah Kabupaten Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana dilakukan analisa untuk menyajikan hasil penelitian dengan menggunakan metode trianggulasi, sanding banding antara data hasil wawancara maupun observasi dengan teori-teori yang berhubungan untuk mendapatkan pilihan-pilihan alternatif dalam perencanaan pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan temuan bahwa model perencanaan pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan di wilayah Kabupaten Malang difasilitasi oleh banyak institusi yaitu oleh pemangku kawasan dan pengelola wisata alam dengan RKAP yang disertai dengan studi kelayakan, oleh Pemerintah Daerah melalui RIPPDA (2006-2011) dan perencanaanperencanaan KPD terkait pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan, dimana bentuk perencanaannya bervariasi untuk RKAP Perhutani bottom up, RKAP PD Jasa Yasa teknokratik, RIPPDA partisipatif, dan perencanaanperencanaan oleh SKPD ada yang kombinasi top down-bottom up dan ada yang top down. Perencanaan yang ada masih sektoral, belum mengkomodasi pemangku kepentingan, masih belum berbasis potensi lokal/yang ada di daerah. Kelebihan model perencanaan pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan di wilayah Kabupaten Malang perencanaannya mudah diimplementasikan dan sesuai dengan kondisi anggaran, sedangkan kekurangannya adalah sangat tergantung pada faktor lingkungan (faktor politis) dan pendanaan. Sehingga strategi yang menjadi model alternatif untuk mengatasi kekurangan dan temuan yang ada, hendaknya perencanaan disusun secara terpadu dengan mengakomodasi pemangku kepentingan dan dengan pembagian peran yang proporsional tidak hanya melibatkan SKPD yang terkait dengan pengembangan wisata alam dalam kawasan hutan, juga pengelola wisata dan pemangku kawasan serta masyarakat dan pelaku usaha wisata serta berbasis potensi lokal yang ada baik sumberdaya alam maupun manusianya sehingga dapat memberikan kontribusi tidak hanya kepada pengelola wisata, pemangku kawasan hutan, masyarakat sekitar hutan dan pendapatan daerah tetapi juga untuk daya dukung wisatanya. Dimana pengembangan dilakukan secara bertahap, dimulai dari pengembangan potensi lokalnya (wisata alam, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia), baru kemudian pengembangan terhadap kewirausahaan, kemitraan usaha, promosi wisata, dan kerjasama dengan pelaku usaha wisata