Perkiraan Dosis Neutron Epitermal Pada Pasien Radioterapi Linear Accelerator 15 Mv
Main Author: | Weni, Nur |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/154355/ |
Daftar Isi:
- Pesawat radioterapi linear accelerator (linac) yang beroperasi dengan energi tinggi yaitu lebih dari 8 MV dapat menghasilkan radiasi sekunder berupa neutron melalui reaksi fotonuklir. Neutron yang dihasilkan dapat memberikan tambahan dosis pada pasien radioterapi. Neutron juga memiliki faktor bobot radiasi yang besar, terutama neutron epitermal. Pemantauan neutron diperlukan agar dengan mengetahui kontribusi dosis neutron, dapat dilakukan upaya proteksi radiasi selama proses radioterapi untuk meminimalkan efek radiasi yang tidak diinginkan. Pemantauan dosis neutron dilakukan dengan menggunakan pasangan detektor termoluminisensi (TLD), yaitu TLD 100H yang peka terhadap gamma dan TLD 600H yang peka terhadap neutron dan gamma. Dosis neutron dapat diketahui dengan mengurangkan bacaan TLD 600H dengan TLD 100H. Cadmium digunakan sebagai penutup TLD untuk memisahkan neutron termal dan epitermal. TLD disinari 137Cs dengan dosis 1 mSv lalu dikelompokkan berdasarkan keseragaman respon dengan deviasi < 5%. TLD dikalibrasi dengan 252Cf dengan 5 variasi dosis sehingga didapatkan kurva kalibrasi TLD terhadap neutron epitermal. Distribusi dosis neutron epitemal diketahui dengan menempatkan pasangan TLD pada 14 titik yang tersebar di tubuh fantom. Penyinaran linac dengan dosis 2 Gy dan 3 Gy menghasilkan dosis neutron epitermal di titik isocentre yaitu 163 ± 10 mSv dan 205 ± 12 mSv. Kontribusi dosis neutron epitermal di titik lain sangat kecil yaitu kurang dari 0,2% dari total dosis yang diberikan. Dosis neutron epitermal yang diterima semakin kecil jika letaknya semakin jauh dari titik isocentre, dan semakin besar jika dosis terapi yang diberikan juga semakin besar.