Pengaruh Berbagai Irisan Biji Porang (Amorphophallus muelleri Blume) terhadap Pertumbuhan pada Fase Vegetatif Kedua

Main Author: Zakiyah, Aminatuz
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/154244/
Daftar Isi:
  • Porang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di Indonesia dan banyak tersebar di pulau Jawa. Porang banyak dimanfaatkan dalam berbagai industri misalnya pangan, farmakologi dan kosmetik sehingga permintaan Porang di pasar meningkat sedangkan persediaan masih kurang. Upaya untuk perbanyakan bibit porang terus dilakukan untuk mendapatkan bibit yang banyak dalam waktu yang singkat. Potensi poliembrio biji yang dimiliki oleh porang memungkinkan untuk mendapatkan lebih dari satu bibit tanaman porang dari satu biji. Karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan viabilitas dan daya tumbuhnya adalah dengan pengirisan biji. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh irisan biji terhadap pertumbuhan porang pada fase vegetatif kedua sehingga diketahui kualitas bibit hasil pengirisan biji. Faktor pertumbuhan yang diukur adalah viabilitas umbi, tinggi petiol, lebar tajuk, tebal umbi, diameter umbi, dan berat umbi. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan enam perlakuan irisan biji (buah utuh, buah dikuliti biji tidak dipisah, buah dikuliti biji dipisah, biji dibelah dua irisan melintang dan membujur dan biji diiris tiga irisan melintang). Perbandingan antar perlakuan dianalisis menggunakan program SPSS 16 dengan uji ANOVA (α 5%) dan dilanjutkan uji Tukey (α 5%). Hasil dari penelitian ini menunjukkan perlakuan pengulitan buah porang dan pengirisan biji porang berpengaruh pada beberapa parameter yaitu viabilitas umbi, tinggi petiol dan lebar tajuk. Viabilitas umbi masing-masing perlakuan sangat bervariasi. Perlakuan biji dipisah menunjukkan pertumbuhan petiol dan tajuk terbaik yang berbeda nyata dibandingkan lima perlakuan yang lain. Pertumbuhan umbi pada keenam perlakuan tidak memiliki perbedaan nyata, namun berat umbi bertambah signifikan pada fase vegetatif kedua dibanding pada fase vegetatif pertama.