Analisis Efisiensi Proses Produksi Gondorukem Dan Terpentin Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (Dea) (Studi Kasus Di Pgt Rejowinangun, Trenggalek)
Main Author: | Mahmudah, Umi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/151333/1/2._BAB_I%2CII%2CIII.pdf http://repository.ub.ac.id/151333/2/3._BAB_IV.pdf http://repository.ub.ac.id/151333/3/4._LAMPIRAN.pdf http://repository.ub.ac.id/151333/4/1._HALAMAN_JUDUL%2C_DAFTAR_ISI.pdf http://repository.ub.ac.id/151333/ |
Daftar Isi:
- Salah satu pemanfaatn potensi hasil hutan yang ada di Indonesia adalah pengolahan getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem (Resina colophonium) merupakan hasil pembersihan terhadap residu proses destilasi uap terhadap getah pinus dan hasil destilasinya adalah terpentin. Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Rejowinangun adalah salah satu produsen gondorukem dan terpentin. Permasalahan yang dihadapi PGT Rejowinangun dalam proses produksi gondorukem dan terpentin di antaranya inkonsistensi jumlah dan kualitas pasokan bahan baku, overproduction dan overstock pada bulan-bulan tertentu, losses, kerusakan mesin saat proses serta terjadinya ketidaksesuaian rendemen produksi aktual dengan target bulanan. Masalah tersebut dapat menyebabkan terganggunya proses produksi dan berkurangnya efisiensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi proses produksi gondorukem dan terpentin yang ada di PGT Rejowinangun serta menentukan usulan perbaikan untuk proses produksi yang inefisien. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan linier non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) dengan asumsi Constant Return to Scale (CRS) berorientasi input dan output pada proses produksi PGT Rejowinangun periode Januari 2015-Maret 2016. DMU yang diteliti yaitu gondorukem mutu X, mutu WW, gondorukem tanpa mutu (GTM), terpentin, dan terpentin tanpa mutu (TTM). Variabel Input yang digunakan adalah bahan baku (x1), losses (x2), dan paid hour (x3). Variabel Output yang digunakan adalah hasil produksi (y1), jumlah pelanggan (y2), dan harga jual (y3). DMU yang inefisien diperbaiki dan ditingkatkan nilai efisiensinya menggunakan proyeksi DEA-CCR. xiv Hasil penelitian menunjukkan dari 75 proses produksi ada 42 proses produksi yang inefisien. Berdasarkan orientasi input, potensi perbaikan mutu X terbesar pada x2 (losses) sebesar 26,53%, GTM pada losses (x2) 18,83%, mutu WW, terpentin dan TTM pada paid hour (x3) berturut-turut sebesar 1,98%; 13,33% dan 26,62%. Potensi perbaikan dengan orientasi output seluruh DMU terbesar pada jumlah pelanggan (y2), yaitu pada kisaran 19%-337,55%. Perbaikan dapat dilakukan dengan menepati nilai target dan potensi perbaikan. Penelitian mengenai perhitungan efisiensi proses menggunakan model DEA BCC non-oriented dapat dijadikan topik peneliti selanjutnya.