Analisis Penerapan Lean Six Sigma Dalam Mereduksi Waste Dalam Pengemasan Tepung Terigu (Studi Kasus Di Pt Ism Bogasari Flour Mills, Jakarta)
Daftar Isi:
- Dewasa ini, industri pangan berkembang pesat. Hal ini ditandai pertumbuhan konsumsi tepung terigu meningkat setiap tahun. PT ISM Bogasari Flour Mills merupakan perusahaan yang mengolah gandum menjadi tepung. Seiring persaingan bisnis yang ketat perlu peningkatan efisiensi proses seperti pengurangan aktivitas pemborosan (waste). Contoh waste pada produksi defect dan overproduction. Hasil pengamatan awal diketahui dalam pengemasan ditemukan cacat produk (defect). Data defect produk November 2015 sebanyak 1271 broken box dan 27560 broken pack. Karena itu dianalisis kinerja dan proses pengemasan agar jenis waste lain dapat teridentifikasi dan diperoleh solusi perbaikan terbaik untuk peningkatan efisiensi dengan metode Lean Six Sigma. Lean Six Sigma merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas yang tidak bernilai tambah melalui peningkatan terus-menerus dengan menggunakan 5 siklus yakni DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve, dan Control). Berdasarkan analisis Lean Six Sigma diketahui sebesar 80.76% merupakan Value Added Activity (VAA), 11.53% merupakan Non Value Added Activity (NVAA), dan 7.69% merupakan Necessary but Non Value Added Activity (NNVAA). Teridentifikasi aktivitas pemborosan yang terkategori: Environmental, Safety and Health (EHS), Defect, Waiting, Non Utilizing People’s Talent, Transportation dan Motion dan digambarkan secara grafis menggunakan Shigeo style VSM. Pada Shigeo Style VSM diketahui 43.003 menit proses operasi bernilai tambah bagi pelanggan (value added activity) dan 20.3 menit proses operasi tidak memberikan nilai tambah (waste). Nilai DPMO sebesar 4434.88 dengan nilai sigma sebesar 4.12. viii Kapabilitas proses pengemasan tepung terigu sebesar 99.557% dan indeks kapabilitas proses (Cp) sebesar 1.03. Faktor-faktor peyebab terjadinya waste defect antara lain kurang tanggapnya operator, kurangnya kontrol kemasan, kurang terampilnya operator dan alokasi pekerja kurang tepat. Perbaikan proses pengemasan dapat dilakukan dengan pemberian on the job training, pengalokasian pekerja yang tepat saat istirahat, audit kemasan terhadap supplier dan penambahan jumlah pekerja.