Perancangan Unit Produksi Insektisida Dari Ekstrak Biji Bintaro Pada Skala Kecil

Main Author: Arif, Saiful
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/151025/1/A5_PERANCANGAN_UNIT_PRODUKSI_INSEKTISIDA_DARI_EKSTRAK_BIJI_BINTARO_PADA_SKALA_KECIL.pdf
http://repository.ub.ac.id/151025/2/Lembar_Persetujuan_dan_Pengesahan.pdf
http://repository.ub.ac.id/151025/
Daftar Isi:
  • Pengendalian hama saat ini masih mengandalkan insektisida sintetik. Penggunaan insektisida sintetik secara terus-menerus dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, hama menjadi resisten, resurgen dan terjadi ledakan populasi hama sekunder. Mengingat dampak tersebut, maka pemerintah menganjurkan untuk menggunakan insektisida nabati. Kelebihan dari penggunaan insektisida nabati adalah mampu didegradasi oleh lingkungan secara cepat dan tidak meninggalkan residu. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati adalah tanaman bintaro (Cerbera odollam Gaertn.). Tanaman bintaro merupakan salah satu tanaman yang memiliki manfaat sebagai insektisida alami, mudah tumbuh di berbagai daerah dan tidak bersifat musiman. Solusi yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan tanaman bintaro sebagai insektisida alami yang efektif dan efisien sehingga dapat dikembangkan dalam skala industri. Pada penelitian perancangan unit ini membahas tentang aspek teknis dan aspek finansial. Kapasitas produksi insektisida nabati dari biji bintaro adalah 45 liter produk/hari atau 13.503,0402 liter produk/tahun. Lahan yang dibutuhkan 140 hektar yang terdiri dari 100 hektar lahan inti dan 40 hektar lahan plasma yang dapat menghasilkan biji basah 123,5 kg/hari atau 45.024 kg/tahun. Rancangan tata letak fasilitas produksi insektisida nabati biji bintaro ini menggunakan jenis process layout dan memiliki pola aliran bahan odd-angle. Pemilihan teknologi proses produksi yaitu pengeringan menggunakan tunnel dryer, ekstraksi menggunakan metode sokletasi memanfaatkan panas dari boiler dan pemekatan menggunakan vacuum evaporator. Pada pabrik insektisida nabati dari ekstrak biji bintaro ini membutuhkan pekerja sebanyak 17 orang untuk memperlancar proses produksi. ix Hasil perhitungan finansial Harga Pokok Produksi (HPP) adalah Rp 162.645,49/produk dengan harga jual sebesar Rp 210.000,00, Break Even Point (BEP) unit sebanyak 21.735 produk, Break Even Point (BEP) rupiah sebesar Rp 4.564.291.203,79. Efisiensi usaha (R/C ratio) lebih dari 1 yaitu 1,301, Net Present Value (NPV) sebesar Rp 106.199.441,37, Internal rate of return (IRR) sebear 18,85%, dan Payback Period (PP) selama 4,34 tahun. Berdasarkan analisa kelayakan teknis dan finansial yang dilakukan, produksi insektisida dari biji bintaro dapat dikatakan layak.. Hasil analisis sensitifitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 12% per tahun menyebabkan proyek tidak layak dan penurunan tingkat produksi pada 2% per tahun menyebabkan proyek tidak layak.