Pengaruh Ekstrak Biji Bintaro (Cerbera Odollam Gaertn.) Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Mortalitas Dan Perkembangan Hama Spodoptera Litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae)
Main Author: | Romadhon, NurLaylaBaha |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/150907/ |
Daftar Isi:
- S. litura merupakan hama polifag yang menyerang tanaman budidaya dan juga tanaman kehutanan. Hama ini menyerang tanaman dalam fase larva dan dapat menyebabkan penggundulan daun dalam beberapa hari saja. Salah satu cara untuk menghindarinya adalah dengan pemberian insektisida. Insektisida dapat menyebabkan mortalitas serta penghambatan pembentukan dan waktu perkembangan hama. Namun, insektisida saat ini dibuat oleh pabrik secara sintetis yang dapat menyebabkan ledakan hama sekunder dan perubahan kualitas tanaman, sehingga diganti dengan yang lebih ramah lingkungan yaitu insektisida nabati (penggunaan bahan alam). Salah satu bahan yang berpotensi menjadi alternatif insektisida nabati adalah biji dari tanaman bintaro (Cerbera odollam Gaertn.), dimana mengandung senyawa racun disebut cerberin yang bersifat repellent dan antifeedant, serta berperan penting terhadap mortalitas dan perkembangan hama. Senyawa cerberin diketahui lebih banyak terdapat pada biji bintaro. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan menggunakan metode residu pada daun (leaf dipping methods) pada larva S. litura instar kedua. Pembuatan larutan uji dilakukan dengan pengenceran sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan, yaitu 0% (kontrol), 1%, 1,25%, 1,5%, 1,75%, dan 2%. Hasil pengamatan diolah dengan sidik ragam ANOVA dengan taraf signifikan 0,05 dan uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test dengan taraf uji 0,05. Untuk data hubungan antara mortalitas larva uji dengan konsentrasi ekstrak diolah dengan Analisis Probit untuk mendapatkan nilai LC50, LC90 dan LT50. viii Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara peningkatan konsentrasi dengan mortalitas larva serta perkembangan pupa dan imago. Pada mortalitas didapatkan konsentrasi 1 - 2% dapat mematikan populasi larva dalam rentang 50 – 80%. Pada LC50 didapatkan sebesar 0,8089% dan LC90 didapatkan sebesar 3,7353%. Pada LT50, untuk masing-masing perlakuan didapatkan: B1 selama 47,4105 jam; B2 selama 21,3672 jam; B3 selama 11,0214 jam; B4 selama 5,4922 jam; dan B5 selama 1,6196 jam. Untuk hasil dari perkembangan pupa menunjukkan bahwa persentase pupa yang terbentuk dari total larva yang masih hidup lebih dari 60% dengan waktu pembentukan 1 - 2 hari lebih lama dari kontrol. Hasil dari perkembangan imago menunjukkan bahwa persentase imago yang terbentuk dari total pupa yang terbentuk dibawah 15% bahkan tidak terbentuk sama sekali dengan waktu pembentukan hingga 7 hari lebih lama dari kontrol.