Integrasi Analisis Overall Equipment Effectiveness (Oee) Dan Failure Mode And Effect Analysis (Fmea) Dalam Minimasi Risiko Pada Mesin Filling And Packing Bs201, Bs202 Dan Bs203 (Studi Kasus Pt Indofo
Daftar Isi:
- PT Indofood Sukses Makmur .Tbk Bogasari Flour Mills merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pangan memproduksi tepung terigu dan pasta berkapasitas 3,6 juta ton/tahun. Proses pengolahan gandum menjadi tepung terigu dibagi dalam 3 proses utama, yakni pembersihan (cleaning), penggilingan (milling) dan pengepakan (packing). Proses packing dilakukan pada bagian consumer pack yang terdiri atas 3 line. Pada line 1 ditemukan kendala terbesar yakni tingginya persentase reduced speed losses dengan rata rata ketiga mesin sebesar 54,013%. Masalah ini diselesaikan dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) yang mengaplikasikan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam menentukan prioritas perbaikan. Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah metode pengukuran efektivitas penggunaan suatu mesin dan peralatan yang terdiri dari faktor ketersediaan waktu (availability), kinerja mesin (Performance), dan kualitas produk yang dihasilkan (quality) (Williamson, 2006). Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah suatu metode pengendalian risiko yang didefinisikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk mengidentifikasi potensi kegagalan yang mungkin terjadi pada suatu desain atau suatu proses sebelum terjadi suatu kegagalan dengan maksud untuk menghilangkan atau meminimalisasi resiko yang mungkin terjadi. Hasil pengukuran diperoleh nilai OEE ketiga mesin berada di bawah 85 % (standar OEE World Class). Faktor six big losses yang paling berpengaruh adalah viii reduced speed Losses (54,013%), setup and adjustment losses (25,41%), dan idle and minor stoppages (16,67%). Berdasarkan analisis yang telah di lakukan pada penelitian ini menggunakan metode OEE dan FMEA, saran perbaikan yang di berikan terhadap penyebab kegagalan mesin Filling and Packing yakni dengan mempersingkat waktu cleaning, overhand, dan istirahat (RPN=280), pemberian training kepada pekerja (RPN=168) penambahan jumlah operator (RPN=168), preventive maintenance pada mesin transportasi (RPN=245), perbaikan penjadwalan target produksi (RPN=168), preventive maintenance pada mesin sifter (RPN=140), penambahan tenaga kerja secondary packaging (RPN=245), pemberian penutup dan memperluas area gudang (Storage)(RPN=160). Saran perbaikan tersebut diberikan terhadap tiga jenis losses yang memiliki nilai RPN diatas batas kritis RPN. Ketiga jenis losses tersebut yakni reduce speed losses, setup and adjustment losses dan idle and minor stoppages.