Manajemen Risiko Rantai Pasok Bawang Merah Menggunakan Metode FMEA Dengan Aggregasi Rata-Rata Geometri Terbobot Secara Fuzzy Dan AHP (Studi Kasus Di Kota Batu, Jawa Timur)
Main Author: | Winanto, ErwinArya |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 1900
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/150627/1/1._Cover.pdf http://repository.ub.ac.id/150627/2/3._BAB_I-V.pdf http://repository.ub.ac.id/150627/3/2._Daftar_Isi_Dkk.pdf http://repository.ub.ac.id/150627/ |
Daftar Isi:
- Indonesia menghasilkan beragam jenis hasil bumi yang berpotensi besar untuk dijadikan sebagai ladang usaha. Mulai dari produk pertanian sampai produk hortikultura, semuanya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sehingga banyak masyarakat yang membudidayakan berbagai produk pertanian dan hortikultura sebagai potensi bisnis yang cukup menjanjikan. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah bawang merah. Namun bawang merah juga memiliki kelemahan yaitu sifatnya yang mudah rusak, sehingga diperlukan manajemen rantai pasok yang tepat untuk memastikan produk bawang merah tetap aman sampai ketangan konsumen. Peningkatan tingkat kebergantungan dan kompleksitas dari jaringan rantai pasok saat ini menjadikan rantai pasok secara keseluruhan menjadi lebih rentan terhadap gangguan. Manajemen risiko rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko dari setiap pelaku rantai pasok bawang merah dan melakukan pengukuran risiko menggunakan metode FMEA dengan aggregasi rata-rata geometri terbobot secara Fuzzy. Serta merumuskan strategi mitigasi risiko prioritas dari rantai pasok bawang merah dengan menggunakan metode AHP. Metode FMEA dengan aggregasi rata-rata geometri terbobot secara Fuzzy digunakan untuk mengukur prioritas risiko rantai pasok bawang merah. Prioritas risiko ini akan digunakan untuk merumuskan strategi mitigasi risiko rantai pasok. Untuk metode ini responden yang digunakan enam xiv orang sedangkan pakar yang digunakan adalah empat orang. Sedangkan metode AHP digunakan untuk merumuskan strategi mitigasi dari risiko prioritas yang terjadi. Responden yang digunakan dalam metode ini berjumlah tiga orang. Hasil pengukuran prioritas risiko rantai pasok menghasilkan bahwa risiko prioritas untuk rantai pasok petani (supplier) adalah risiko terkait kebijakan pemerintah yaitu kebijakan terkait bawang merah impor, risiko prioritas rantai pasok tengkulak (distributor) adalah risiko terkait persaingan dengan bawang merah impor, dan risiko prioritas rantai pasok peritel (pengecer) adalah risiko adanya pesaing dengan peritel lain. Hasil pengolahan AHP, kriteria level 1 yaitu tujuan yang merupakan strategi mitigasi risiko rantai pasok bawang merah, level 2 yaitu faktor yang merupakan risiko prioritas dari masingmasing rantai pasok, dan level 3 yaitu strategi alternatif yang menjadi prioritas yaitu memilih varietas yang tepat, menjalin kemitraan, meningkatkan promosi, menjaga kualitas, menjaga kestabilan harga, dan menjaga pasokan.