Pengaruh Pre-Treatment Bahan Baku dan Waktu Ekstraksi terhadap Karakteristik Pektin Kulit Pisang Raja (Musa Paradisiaca)
Daftar Isi:
- Pisang adalah buah-buahan tropis yang paling banyak dihasilkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Pemanfaatan buah pisang yang besar untuk berbagai jenis makanan akan menghasilkan limbah berupa kulit pisang. Kulit buah pisang mengandung pektin dalam konsentrasi tinggi. Pektin sebagai hasil industri dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar Industri makanan dan minuman, kosmetika, dan farmasi. Pektin dapat diperoleh melalui proses ekstraksi dan beberapa faktor ekstraksi diantaranya adalah waktu ekstraksi dan pre-treatment bahan baku, Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ekstraksi pektin secara umum dan secara khusus adalah untuk mengetahui pengaruh pre-treatment bahan baku dan waktu ekstraksi terhadap karakteristik pektin kulit pisang raja, mengetahui perlakuan yang paling tepat untuk memperoleh pektin dengan karakteristik terbaik, dan membandingkan karakteristik pektin terbaik dengan pektin standart. Ekstraksi pektin dilakukan dengan menggunakan pelarut asam yaitu aquades yang diasamkan dengan asam klorida hingga pH 1.5. ekstraksi pektin dilakukan dengan perlakuan pre-treatment bahan baku, yaitu bahan basah/ kulit segar dan bahan kering/ tepung kulit pisang serta dengan perlakuan waktu ekstraksi 70, 85, dan 100 menit. Pektin yang dihasilkan dianalisa karakteristiknya yang meliputi rendemen, kadar air, kadar abu, berat ekivalen, kadar metoksil, dan kadar asam galakturonat. Penentuan pektin terbaik juga dilakukan, yaitu dengan Metode Bayes. Pektin yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah pektin bermetoksil rendah dengan kadar metoksil yang berkisar antara 3.84-5.87%. Rendemen yang dihasilkan 3.45-5.40%, kadar air 8.83-13.32%, kadar abu 0.88-2.31%, berat ekivalen 550.02-1050.93, dan kadar asam galakturonat 44.82-62.07%. Pektin terbaik yang dihasilkan adalah pektin hasil ekstraksi bahan basah selama 85 menit yaitu dengan rendemen sebesar 4.59%, kadar air 11.94%, kadar abu 1.27%, berat ekivalen sebesar 812.58, kadar metoksil 5.75% (termasuk pektin bermetoksil rendah), dan kadar asam galakturonat 54.32%. Pektin terbaik yang dihasilkan dalam penelitian belum memenuhi standar apabila dibandingkan dengan pektin standar Food Chemical Codex (1996) namun telah memenuhi standar apabila dibandingkan dengan International Pectin Producers Association (2003) yaitu dengan kadar abu kurang dari 10% sebesar 1.27% dan kadar asam galakturonat lebih dari 35% sebesar 54.32%.