Analisis Kualitas Produk pada Proses Pengemasan Ikan Beku dengan Metode Six Sigma (Studi Kasus di PT Inti Luhur Fuja Abadi, Pasuruan
Main Author: | Megawati, Ayuningtyas |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/150300/1/ANALISIS_KUALITAS_PRODUK_PADA_PROSES_PENGEMASAN_IKAN_BEKU_DENGAN_METODE_SIX_SIGMA.pdf http://repository.ub.ac.id/150300/ |
Daftar Isi:
- PT Inti Luhur Fuja Abadi (Ilufa) telah memiliki sertifikasi kelayakan mengekspor produk ikan beku ke negara-negara Uni Eropa (UE). Meski demikian, persentase produk ikan beku yang tidak sesuai standar pada proses pengemasan meningkat dari 4,06% tahun 2012 menjadi 8,66% tahun 2013. Produk yang tidak sesuai standar ini perlu diproses ulang (rework) atau diganti kemasan baru. Produk cacat harus dikurangi karena merugikan dan berdampak pada penurunan kualitas ikan beku. Tujuan penelitian adalah mengukur kapabilitas proses pengemasan dan mengidentifikasi faktor penyebab ketidaksesuaian produk dengan standar menggunakan Six Sigma serta memberikan usulan perbaikan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data dianalisis menggunakan Six Sigma yang meliputi tahap Define, Measure, Analyze, dan Improve. Tahap define dilakukan untuk mengidentifikasi Critical to Quality (CTQ) menggunakan diagram pareto. Peta kendali p dibuat pada tahap measure dan pengukuran kapabilitas proses juga dilakukan untuk data atribut, sehingga diketahui level Sigmanya. Tahap analyze mengidentifikasi faktor penyebab produk yang tidak sesuai standar dengan fishbone diagram dan Failure Modes and Effect Analysis (FMEA). Usulan perbaikan berdasarkan hasil FMEA kemudian dilakukan pada tahap improve. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis penyimpangan yang terjadi dari 74.457 produk adalah kemasan bocor 4.232 produk, salah packing 101 produk, ada benda asing 49 produk, produk pecah 49 produk, dan produk kotor 1 produk. Permasalahan utama (CTQ prioritas) yang harus diperbaiki adalah kemasan bocor. Nilai Defect per Million Opportunities (DPMO) hasil pengukuran data sekunder adalah sebesar 59.500 produk dengan nilai Sigma 3,06, nilai final yield sebesar 94,05% dan nilai indeks kapabilitas proses (Cp) sebesar 1,02. Pada hasil revisi terhadap data pencilan nilai Sigma meningkat menjadi 3,12, nilai DPMO menurun menjadi 52.400 dan nilai final yield meningkat menjadi 94,76% serta nilai Cp meningkat menjadi 1,04. Data primer menunjukkan nilai Sigma lebih tinggi sebesar 3,34 dengan nilai DPMO sebesar 33.100 karena kondisi produksi yang terkendali. Nilai final yield data primer sebesar 96,69% dan nilai Cp sebesar 1,11. Hasil analisis menunjukkan penyebab utama kemasan bocor yang utama adalah faktor metode dan manusia. Diagram tulang ikan dan FMEA menunjukkan penyebab utama cacat adalah benturan antar produk dengan nilai RPN 576 dan produk terbentur benda kerja dengan nilai Risk Priority Number (RPN) 336. Dua hal tersebut disebabkan faktor manusia. Oleh karena itu, usulan perbaikan pada tahap improve adalah melakukan pengawasan, pengarahan, dan pelatihan terhadap tenaga kerja proses pengemasan