Daftar Isi:
  • Perkembangan industri yang semakin meningkat di Indonesia membawa dampak positif bagi pertumbuhan perekonomian. Kota Malang merupakan salah satu wilayah dengan potensi industri yang tinggi dan berkembang sangat cepat. Kegiatan industri memiliki potensi dalam peningkatan nilai tambah produk hasil pertanian. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Malang tahun 2014, industri makanan ringan di kota Malang memiliki 2 sentra industri yaitu keripik tempe yaitu 309 unit industri dan marning jagung yaitu 15 unit. Permasalahan yang terkait dengan kondisi sentra yaitu manajemen, teknologi, dan sistem produksi. Untuk melakukan pengembangan skala usaha diperlukan alternatif strategi yang dirumuskan melalui identifikasi kinerja industri. Hasil identifikasi tersebut akan digunakan untuk merumuskan masing-masing prioritas sub strategi penguatan kinerja industri. Metode AHP merupakan alat yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan, karena AHP memiliki kelebihan yaitu struktur yang berhirarki. Strategi yang paling penting diketahui melalui pembobotan dengan metode AHP. Metode TOPSIS merupakan metode multi kriteria yang mencari penyelesaian berdasarkan jarak terdekat dengan titik ideal positif dan jarak terjauh dengan titik ideal negatif. Metode TOPSIS mempunyai kelemahan, yaitu memerlukan bobot awal untuk mengolah data selanjutnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penggabungan dengan metode MCDM lain untuk mendapatkan bobot awal yaitu AHP. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Criterium Decision Plus 3.0, didapatkan bahwa bobot hasil AHP pada elemen faktor yaitu, sistem produksi (0,413), manajemen (0,327), dan teknologi (0,260). Hasil bobot pada elemen tujuan yaitu, meningkatkan kualitas produk (0,548), meningkatkan produksi (0,172), meningkatkan kesempatan kerja (0,144) dan meningkatkan daya saing (0,136). Hasil bobot pada elemen strategi yaitu menjaga konsistensi kualitas (0,300), melakukan pengendalian mutu (0,227), meningkatkan inovasi produk (0,171), melakukan pelatihan tenaga kerja (0,168), dan menjaga ketersediaan bahan baku dan produk (0,134). Hasil bobot AHP tersebut kemudian diambil 3 strategi tertinggi yang masing-masing di prioritaskan sub strateginya menggunakan metode TOPSIS. Alternatif strategi tersebut adalah konsistensi kualitas, pengendalian mutu dan meningkatkan inovasi produk. Berdasarkan hasil perhitungan TOPSIS menggunakan software MS. Excel 2010, didapatkan bahwa prioritas sub strategi untuk strategi menjaga konsistensi kualitas adalah menjaga kebersihan bahan baku (43,802%). Prioritas sub strategi untuk strategi melakukan pengendalian mutu adalah melakukan proses produksi (60,038%). Prioritas sub strategi meningkatkan inovasi produk adalah melakukan variasi rasa pada produk (63,772%).