Model Neraca Air Untuk Simulasi Daya Dukung Lingkungan ( Studi Kasus Kota Batu
Daftar Isi:
- Peningkatan jumlah penduduk, industri, dan eksploitasi terhadap alam secara tidak terkendali tentunya berakibat buruk terhadap sistem daya dukung lingkungan. Menanggapi hal tersebut, maka perlu adanya suatu pengendalian dalam upaya pelestarian daya dukung lingkungan. Salah satu aspek daya dukung lingkungan yang harus diperhatikan adalah aspek sumberdaya air, dimana air menjadi hal utama yang tidak bisa lepas dari kehidupan ini. Kondisi lingkungan hidup di Indonesia saat ini banyak mengalami kerusakan lingkungan air yang layak pakai, disamping kekeringan dan banjir yang sering terjadi. Penurunan ketersediaan air banyak disebabkan oleh kerusakan lingkungan di daerah tangkapan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air pada suatu wilayah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis spasial dengan membandingkan jumlah ketersediaan air dan jumlah kebutuhan air di Kota Batu. Ketersediaan air yang di hitung ada 3 yaitu, ketersediaan air industri, penduduk, dan irigasi. Perhitungan kebutuhan air irigasi pada penelitian ini di batasi hanya memperhitungkan beberapa tanaman mayoritas saja, sedangkan untuk ketersediaan air yang diperhitungkan pada penelitian ini adalah air hujan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kebutuhan air Kecamatan Batu sebesar 14.589.381 m3/tahun, Kecamatan Bumiaji sebesar 21.662.736 m3/tahun, dan Kecamatan Junrejo sebesar 14.658.142 m3/tahun. Untuk ketersediaan air Kecamatan Batu sebesar 288.799.232 m3/tahun, Kecamatan Bumiaji sebesar 2.983.425.024 m3/tahun, dan Kecamatan Junrejo sebesar 100.108.664 m3/tahun. Status daya dukung lingkungan untuk Kecamatan Batu surplus dengan rasio 19,8, Kecamatan Bumiaji surplus dengan rasio 137,7, dan kecamatan Junrejo surplus dengan rasio 6,8.