Ekstraksi Pigmen Karotenoid dari Labu Kabocha (Cucurbita maxima L) metode Ultrasound Assisted Extraction (Kajian Rasio Bahan:Pelarut dan Lama Ekstraksi)
Main Author: | Manasika, Arina |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/149819/ |
Daftar Isi:
- Kabocha (Cucurbita maxima. L.) merupakan varietas labu kuning dari negara lain yang sudah marak dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Disamping cita rasanya yang lebih enak dibanding labu kuning lokal, Kabocha diketahui mengandung senyawa karotenoid yang tinggi yakni mencapai 285,91 mg/100g dibanding labu kuning biasa yang hanya sebesar 24,62 mg/100g (Kim et al, 2005). Labu kuning varietas Cucurbita maxima merupakan sumber -karoten yang sangat baik dan berperan sebagai provitamin A (Konopacka et al, 2010). Sifat fungsional karotenoid lainnya yang juga penting adalah kemampuannya sebagai antioksidan sehingga dapat menangkap radikal bebas di dalam tubuh (Palozza, 1992). Pengeluaran senyawa bioaktif dalam Kabocha khususnya pigmen karotenoid, dapat dilakukan melalui proses Ekstraksi. Ekstraksi konvensional untuk mengambil senyawa karotenoid umumnya memakan waktu lama dan melibatkan proses termal yang dapat merusak karotenoid. Untuk itu diperlukan teknik ekstraksi yang lebih efisien dalam mengekstrak karotenoid, salah satunya dengan metode Ultrasonic Assisted Extraction (UAE). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio bahan:pelarut dan lama waktu ekstraksi menggunakan metode ultrasonik terhadap ekstrak pigmen karotenoid yang dihasilkan dari Labu Kabocha serta untuk mendapatkan perlakuan terbaik. Penelitian dilakukan dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 faktor perlakuan. Faktor 1 adalah rasio bahan:pelarut (R) yang terdiri atas 3 level yaitu 1:5. 1:7. Dan 1:9. Faktor 2 adalah lama ekstraksi (L) yang terdiri atas 3 level yaitu 5, 15, dan 25 menit. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan Analysis of Varian (ANOVA), dilanjutkan dengan uji DMRT jika terdapat interaksi atau uji lanjut BNT jika tidak ada interkasi antara perlakuan dengan selang kepercayaan 5%. Penentuan perlakuan terbaik dengan menggunakan metode multiple attribute (Zeleny). Hasil perlakuan terbaik dibandingkan dengan kontrol (maserasi) menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan rasio bahan:pelarut dan lama ekstraksi memberikan interaksi yang nyata (α=0,05) terhadap parameter total karoten, nilai aktivitas antioksidan IC50, dan rendemen, serta berepngaruh nyata (α=0,05) terhadap tingkat kecerahan, tingkat kemerahan, dan tingkat kekuningan, namun tidak berepngaruh nyata terhadap pH. Perlakuan terbaik diperoleh pada rasio bahan:pelarut 1:9 (b/v) dan lama ekstraksi selama 25 menit dengan total karoten 254,77 mg/100g, nilai aktivitas antioksidan IC50 84,47 ppm, pH 6,45, rendemen 30,25%, tingkat kecerahan (L*) 19,3, tingkat kemerahan (a*) 13,4, tingkat kekuningan (b*) 15. Hasil uji t antara perlakuan terbaik dan kontrol menunjukkan perbedaan nyata (α=0,05) pada semua parameter selain pH. Hasil uji stabilitas warna menunjukkan terjadinya penurunan kestabilan akibat peningkatan suhu, lama penyinaran dan pH asam namun cenderung stabil pada perlakuan pH netral hingga basa.