Ekstraksi Tanin Dari Daun Alpukat (Persea Americana Mill.) Sebagai Pewarna Alami (Kajian Proporsi Pelarut Dan Waktu Ekstraksi)

Main Author: Lestari, Puji
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/149499/1/SKRIPSI_Puji_Lestari_FTP_0911030109.pdf
http://repository.ub.ac.id/149499/
Daftar Isi:
  • Warna merupakan sifat sensorik pertama yang diamati pada saat konsumen melihat produk industri. Pewarnaan produk seperti makanan ataupun tekstil cukup memberikan rangsangan sensorik yang kuat kepada konsumen untuk memilikinya. Berdasarkan sumbernya, zat warna dibagi menjadi dua jenis, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Namun, pewarna sintetis dapat bersifat karsinogenik. Oleh karena itu perlu adanya penelitian dan pengembangan inovasi pewarna yang bersumber dari alam. Daun alpukat merupakan sumber daya alam yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi zat warna alami. Daun alpukat mengandung senyawa flavonoid, tanin dan kuinon. Tanin merupakan zat pewarna yang menimbulkan warna cokelat atau kecokelatan. Pada penelitian ini digunakan metode soxhletasi, yaitu penyarian simplisia dengan pemanasan secara berkesinambungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proporsi pelarut dan waktu ekstraksi yang digunakan terhadap kuantitas dan kualitas pewarna alami. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah proporsi pelarut yaitu etanol 95% dan aseton dengan perbandingan 3:0; 3:1 dan 3:2 dan faktor kedua adalah waktu ekstraksi (150 menit dan 180 menit) dengan pengulangan tiga kali. Hasil perlakuan terbaik dengan penentuan menggunakan metode Multiple Attribute, yaitu pada perlakuan proporsi pelarut etanol 95% : aseton = 3 : 0 dan waktu ekstraksi 180 menit. Ekstrak daun alpukat yang dihasilkan memiliki karakteristik : rendemen sebesar 68,07 %; pH sebesar 4,49; total tanin sebesar 22,07 % dan absorbansi 0,86. Pada pengukuran dengan spektrofotometer dihasilkan panjang gelombang sebesar 614 nm, yang menunjukkan daerah warna merah yang menyerap warna komplementernya hijau-biru. Ekstrak perlakuan terbaik juga dilakukan pengukuran warna dengan color reader yang menunjukkan ekstrak mengandung warna merah (a* = +11) dan kuning (b* = +11,17), sehingga gabungan warna ini menghasilkan warna yang terlihat oleh mata berwarna cokelat.