Pemisahan Komponen Minor Minyak Nilam Dengan Metode Ekstraksi Fluida Superkritik

Main Author: Marina
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/149365/1/SKRIPSI_MARINA_%280911030030%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/149365/
Daftar Isi:
  • Minyak nilam merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari daun nilam (Pogostemon cablin benth) dengan cara penyulingan. Minyak tersebut merupakan komoditas ekspor non migas paling besar diantara ekspor minyak atsiri di Indonesia. Tahun 2004 ekspor minyak nilam sebesar 1.295 ton, sedangkan ekspor minyak atsiri keseluruhan adalah 2.633 ton (BPS, 2006). Data terakhir tahun 2012 menunjukkan bahwa harga minyak nilam mencapai Rp 500.000/kg (DAI, 2013). Minyak nilam Indonesia telah diekspor ke beberapa negara diantaranya, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Australia, Hongkong dan India. Sebagai komoditi ekspor, minyak nilam mempunyai prospek yang baik karena dibutuhkan secara kontinu dalam industri parfum, kosmetik, sabun, dan farmasi lainnya (Sulaswatty, 2002). Patchouli alchohol merupakan komponen utama penentu kualitas dan harga jual minyak nilam tetapi komponen minor juga memilki fungsi sesuai dengan senyawa yang dikandungnya, seperti germacrene, β-caryophillene, dan β-elemen sebagai agen antikanker, α-bulnesene sebagai anti-inflamasi, α-guaiene dan β-patchoulene sebagai antijamur, seychellene sebagai antiseptik, serta pogostol dan δ-cadinene yang berfungsi sebagai anti-serangga dan antimikroba. Saat ini penelitian yang banyak dilakukan fokus terhadap isolasi patchouli alchohol padahal komponen minor memiliki nilai ekonomi dan nilai guna jika dipisahkan untuk dijadikan berbagai senyawa turunannya. Oleh karena itu eksploitasi komponen minor minyak nilam menjadi penting. Pemisahan komponen minor dapat dilakukan dengan cara ektraksi fluida superkritik (SCF). Penggunaan ekstraksi dengan fluida superkritik merupakan metode yang menarik, mengingat proses distilasi konvensional (seperti distilasi uap dan pelarut liquid) memerlukan temperatur yang tinggi, sehingga dapat merusak bahan. Selain itu, pengunaan sistem ekstraksi konvensional akan meninggalkan sisa yang tidak diinginkan dan sulit untuk dipisahkan. Pada teknologi ekstraksi fluida superkritik dilakukan variasi tekanan 1200 psi, 1700 psi, dan 2200 psi pada suhu tetap 35oC selama 5 jam, setelah itu dipilih tekanan terbaik untuk dilanjutkan dengan variasi suhu 40oC, dan 45oC. Uji GC-MS dan GC dilakukan untuk mengetahui komponen dalam ekstrak hingga teridentifikasi komponen minor yang dominan adalah β-patchoulene, caryophyllene, α-guaiene, seychellene, α-patchoulene, dan δ-guaiene. Adanya faktor tekanan, suhu, dan waktu ekstraksi mempengaruhi kualitas dan kuantitas komponen minor yang dihasilkan dari proses ekstraksi fluida superkritik minyak nilam dimana dalam penelitian ini senyawa yang diutamakan yaitu seychellene mengalami kenaikan semakin besar tekanan saat proses ekstraksi sehingga memperoleh perlakuan terbaik untuk variasi tekanan yaitu pada 149,7 atm. Hasil terbaik perolehan persentase area senyawa seychellene adalah pada suhu 45oC yaitu dengan area komponen rata-rata sebesar 11,16% dan jumlah rendemen sebesar 89,25%.