Skrining Fitokimia Dan Uji Toksisitas Akut (LD50) Ekstrak Mikroalga (Tetraselmis Chuii) Terhadap Hati Tikus Wistar Secara In Vivo
Main Author: | Sani, RobbyNasrul |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/149329/1/SKRIPSI_ROBBY_NASRUL_SANI.pdf http://repository.ub.ac.id/149329/ |
Daftar Isi:
- Mikroalga memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan karena kemampuannya membentuk zat organik dari zat anorganik sehingga mikroalga ini disebut sebagai produsen primer . Salah satu mikroalga yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan fungsional adalah Tetraselmis chuii karena Tetraselmis chuii memiliki nilai gizi tinggi yaitu protein sebesar 48,42%, lemak sebesar 9,7 %, karbohidrat sebesar 12,1%, aktivitas antioksidan berkisar antara 2,55-31,29 mg/mL dan total klorofil berkisar antara 3,65-19,20 mg/g. Selain itu ekstrak juga mempunyai aktivitas antimikroba terhadap bakteri E. coli dan S. aureus, serta jamur C. albicans dan A. flavus. Berdasarkan uraian tersebut dan keterbatasan informasi mengenai Tetraselmis chuii, maka dalam usaha pengembangan bahan pangan fungsional berbasis mikroalga Tetraselmis chuii, penting dilakukan skrining fitokimia terhadap ekstrak mikroalga Tetraselmis chuii untuk mengidentifikasi kandungan senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu untuk memastikan keamanan dari mikroalga Tetrasemis chuii, maka perlu dilakukan uji toksisitas akut (LD50) pada ekstrak Tetraselmis chuii terhadap organ hati tikus wistar (Rattus novergicus). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kandungan senyawa fitokimia ekstrak Tetraselmis chuii dengan identifikasi metode skrining fitokimia serta mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Tetraselmis chuii secara akut terhadap gambaran makroskopis dan mikroskopis hati tikus. Pada penelitian ini disusun melalui 2 tahap yaitu tahap 1 ekstraksi biomassa Tetraselmis chuii dengan metode sonikasi menggunakan pelarut etanol 70%. Selanjutnya dilanjutkan dengan tahap 2 yang terbagi menjadi 3 uji yaitu uji senyawa fitokimia dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan uji toksisitas akut LD50 dengan 4 dosis yaitu dosis ekstrak sebesar 5 mg/KgBB, 50 mg/KgBB, 500 mg/KgBB, dan 2000 mg/KgBB serta dilakukan pengamatan terhadap gambaran makroskopis dan mikroskopis hati. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL dengan satu faktor yaitu pemberian dosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Tetraselmis chuii mengandung 3 senyawa fitokimia yaitu golongan alkaloid, flavonoid dan glikosida flavonoid. Sedangkan hasil uji toksisitas akut LD50 adalah tidak ditemukan tikus yang mati dan nilai ketoksikan ekstrak Tetraselmis chuii secara LD50 adalah diatas 2000 mg/KgBB atau termasuk kategori “Praktis Tidak Toksik”. Sedangkan pada perlakuan pemberian ekstrak dengan dosis 5 mg/KgBB, 50 mg/KgBB, 500 mg/KgBB, dan 2000 mg/KgBB tidak memberikan pengaruh nyata (α=0,01) terhadap gambaran makroskopis dan mikroskopis hati tikus.