Daftar Isi:
  • Getah pinus merupakan salah satu hasil hutan nonkayu yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia sebagai penghasil devisa negara nonmigas. Getah pinus dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Menurut Arimbi (2008), gondorukem adalah hasil penyulingan getah pinus berupa padatan berwarna kuning jernih, sedangkan terpentin adalah hasil penyulingan getah pinus berupa cairan berwarna bening. Gondorukem dan terpentin dapat digunakan dalam industri perekat, industri batik, industri parfum, kertas, kosmetik, farmasi, dan lain sebagainya. Salah satu pabrik yang mengolah getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin yaitu Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Sukun Ponorogo. Produksi gondorukem dan terpentin di PGT Sukun Ponorogo pada tahun 2012 mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan produktivitas perusahaan yang tidak stabil, seperti ketersediaan bahan baku, jumlah tenaga kerja, dan jam kerja mesin yang kurang efesien. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat produktivitas parsial dan total pada bagian produksi di PGT Sukun Ponorogo pada periode Januari-Desember 2012, serta memberikan usulan perbaikan produktivitas pada bagian produksi PGT Sukun Ponorogo sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas di waktu yang akan datang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan metode Objective Matrix (OMAX) dan pembobotan kriteria dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), serta dilakukan identifikasi permasalahan produktivitas dengn fishbone diagram dan usulan perbaikan dengan 5W +1H. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan hasil produktivitas parsial dan total di PGT Sukun Ponorogo masih rendah karena pada periode pengukuran tahun 2012, beberapa kriteria mencapai skor di bawah rata-rata (skor 3). Produktivitas total tertinggi dicapai pada bulan Oktober sebesar 9,052 pada gondorukem dan sebesar 11,717 pada terpentin. Didasarkan pada jumlah produksi tahun 2012, untuk menghasilkan 484,9 ton gondorukem dan 104,96 ton terpentin perbulan, diperlukan getah pinus sebanyak 627,14 ton, tenaga kerja sebanyak 22 orang tiap hari, jam kerja tangki melter sebanyak 128,68 jam/bulan, tangki settler sebanyak 177,74 jam/bulan, tangki washer sebanyak 14,18 jam/bulan, tangki pemasak sebanyak 210,24 jam/bulan, dan tangki boiler sebanyak 233 jam/bulan. Perusahaan harus menyediakan getah pinus secara continue sesuai standar Perum Perhutani, meningkatkan kenyamanan dan motivasi kerja, meningkatkan kinerja mesin untuk mencapai produktivitas optimal.