Efek Antioksidan Ekstrak Mikroalga (Tetraselmis Chuii) Terhadap Kondisi Stres Oksidatif Dan Gambaran Histopatologi Hati Pada Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) Yang Diberi Minyak Jelantah

Main Author: Wibowo, KartikaCandra
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/149132/1/SKRIPSI_K.C.W_word.pdf
http://repository.ub.ac.id/149132/
Daftar Isi:
  • Tetraselmis chuii merupakan mikroalga bersel tunggal dari golongan alga hijau (Chlorophyceae) yang memiliki pigmen klorofil sebesar 1,42% sehingga berpotensi sebagai antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antioksidan ekstrak mikroalga Tetraselmis chuii (EMTC) terhadap kadar MDA dan SOD dari serum darah tikus, serta gambaran histopatologi pada kondisi stres oksidatif akibat minyak jelantah. Penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama adalah proses ekstraksi mikroalga Tetraselmis chuii dengan metode remaserasi dan pengujian total klorofil, aktivitas antioksidan dan flavonoid ekstrak mikroalga Tetraselmis chuii (EMTC). Tahap kedua yaitu tahap pengujian secara in vivo, pada tahap ini sebanyak 24 ekor tikus strain wistar berumur 6-8 minggu yang dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (normal), EMTC dosis 250; 500; 750 mg/kg BB dan pemberian minyak jelantah 2 ml/ekor selama 4 minggu, kontrol positif (minyak jelantah 2 ml/ekor), dan klorofil komersial (K-link) dosis 1,30 ml/kg BB dan pemberian minyak jelantah 2 ml/ekor selama 4 minggu. Data hasil penelitian dianalisis statistik menggunakan analisis ragam (ANOVA) diikuti uji lanjut BNT (α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak mikroalga Tetraselmis chuii memiliki aktivitas antioksidan sebesar 45,36%; total klorofil sebesar 16,91 mg/gr; flavonoid sebesar 0,057%; dan faktor jenis perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (α=0,05) terhadap kadar MDA dan SOD serum darah kadar. Dari hasil pengamatan histopatologi sel hati didapatkan bahwa ekstrak mikroalga Tetraselmis chuii mampu melindungi hati tikus dari kerusakan akibat pemberiaan minyak jelantah dosis toksik. Hal ini didasarkan pada kemampuan EMTC dalam menurunkan kadar MDA dan jumlah sel terdegenerasi yang lebih rendah serta kadar SOD yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol positif. Pemberian EMTC dosis 750 mg/kg BB memiliki aktivitas hepatoprotektif paling baik dari pada EMTC dosis 250 dan 500 mg/kg BB serta kontrol positif