Penerapan Multi Attribute Failure Mode Analysis Produksi Susu dengan menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus Di Pabrik Susu UHT PKIS “Sekar Tanjung”, Pasuruan)
Main Author: | Rucitra, AndanLinggar |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/148743/1/051105066.pdf http://repository.ub.ac.id/148743/ |
Daftar Isi:
- Pusat Koperasi Induk Susu (PKIS) Sekar Tanjung Jawa Timur merupakansalah satu industri susu modern yang memproduksi susu Ultra High Temperature (U HT). Susu merupakan produk yang sangat sensitif, ketidaksesuaian standar suhu,kadar alkohol, kelarutan, kadar lemak, jumlah mikroba ataupun organoleptik dapat menyebabkan penurunan dari kualitas susu tersebut. Pada proses produksi permasalahan utama yang sering terjadi di PKIS Sekar Tanjung adalah terjadinya ketidaksesuaian sebagian proses dengan standar yang telah ditetapkan. Kualitas suatu produk mutlak harus dijaga dan atau dikontrol sebagai jaminan pada konsumen bahwa produk yang berada di pasaran memiliki mutu yang baik, sehingga perusahaan dapat bersaing dan memenangkan kompetisi dalam menarik pelanggan. Metode Multi Attribute Failure Mode Analysis (MAFMA) merupakan salah satu alat kendali kualitas, hasil pengembangan dari metode FMEA ( Failure Mode Effect Analysis ) yang dapat digunakan untuk mengeliminasi atau mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan apabila dilihat dari faktor penyebabnya. Metode ini mengintegrasikan aspek-aspek konvensional yang terdapat pada FMEA yaitu severity, occurance, detection dengan aspek ekonomi yaitu expected cost. Formulasi ranking prioritas penyebab kegagalan dilakukan dengan pendekatan Analytical Hierachy Process (AHP) untuk mengetahui penyebab kegagalan potensial pada proses produksi susu. Dalam penelitian di PKIS Sekar Tanjung ini dilakukan identifikasi yang berdasar pada kriteria metode MAFMA ( Multi Attribute Failure Mode Analysis) , yaitu severity, occurance, detection, expected cost . Pengolahan data menggunakan AHP pada metode MAFMA diperoleh penyebab kritis dari berbagai penyebab yang ada. Untuk mencapai tujuan pengidentifikasi penyebab kegagalan potensial pada proses produksi, Severity memiliki bobot tertinggi pada level 1 yaitu sebesar 0,41atau sebesar 41 % dari seluruh kriteria yang ada. Sedangkan pada level 2 yang mengidentifikasi kegagalan pada proses produksi susu UHT, penyebab terkritis disebabkan oleh Temperatur mixing yang tidak sesuai dengan standar (<70°C) yang menyumbangkan bobot sebesar 0,47 atau 47 % dari seluruh kriteria yang ada. Semakin tinggi bobot yang diperoleh maka semakin tinggi prioritas perusahaan untuk melakukan perbaikan agar dapat meminimalisir atau bahkan menghilangkan kegagalan proses.