Analisis penggandaan skala proses deproteinisasi dari cangkang udang putih (Penaeus indicus) menjadi simplisia kitin

Main Author: DianTriNovita
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2007
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/147601/1/050701456.pdf
http://repository.ub.ac.id/147601/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan skala deproteinisasi terhadap kualitas simplisia kitin, membandingkan apakah parameterparameter pada skala laboratorium bisa diterapkan pada skala pilot plant serta sebagai acuan untuk mengetahui kualitas simplisia kitin pada berbagai peningkatan kapasitas dan sebagai acuan untuk merancang unit produksi kitin serta analisis kelayakan proyek. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2006 sampai Februari 2007 di Laboratorium Technical Supporting Service Unit (TSSU) Universitas Brawijaya Malang. Penggandaan skala dilakukan pada kapasitas 10 kg; 15 kg dan 20 kg. Hasil analisa kadar air, abu dan protein pada skala pilot dibandingkan standart untuk mutu kitin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kapasitas dihasilkan rendemen yang lebih tinggi dan persentase penurunan protein semakin kecil yang berarti semakin rendahnya mutu. Peningkatan kapasitas dari 10 kg menjadi 20 kg berbeda terhadap nilai kadar abu, protein, rendemen dan persentase penurunan protein. Dari hasil penelitian didapatkan nilai rerata untuk kadar air 3,555-3,585 %, kadar abu 29,195-33,33%, Rendemen 52,94-54,57%, kadar protein 29,141-41,091%. Dan penurunan protein 58,79-69,32%. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan besarnya kecepatan pengadukan. Hasil penelitian menunjukkan parameter-parameter pada skala laboratorium seperti pH, suhu, konsentrasi enzim, kecepatan pengadukan belum begitu optimal bila diterapkan pada skala pilot. Untuk mendapatkan simplisia kitin yang sesuai dengan standar pada skala pilot perlu meninjau ulang terhadap faktor kecepatan pengadukan yang perlu dinaikkan lebih besar agar proses homogenitas lebih tinggi sehingga proses deproteinisasi lebih efektif dan dihasilkan kadar protein lebih rendah serta ditambah adanya tahap demineralisasi agar didapatkan residu abu yang rendah.