Studi Efektifitas Filter Penjernih Air Tanah Menggunakan Media Zeolite, Karbon Aktif, Pasir Silika, dan Kerikil untuk Mengurangi Kadar Parameter Kualitas Air Minum
Daftar Isi:
- Ketersediaan air bagi kehidupan manusia juga harus tersedia dalam jumlah yang cukup serta harus memenuhi standart kualitas yang telah ditentukan. Air tanah (sumur) yang terdapat pada Dusun Tunggulsari, Kec. Kedungwaru Kabupaten Tulungagung tidak dapat langsung dipergunakan oleh warga, hal ini disebabkan kualitas dari air tanah yang di mungkinan rendah, karena jika dilihat secara visual kondisi air tanah yang terdapat pada Dusun Tunggulsari, Kec. Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung memiliki bau logam, keruh, dan bila didiamkan terjadi endapan berwarna kekuningan pada dasarnya. Dari hasil uji laboratorium pada sampel awal air di lokasi studi, dapat diketahui bahwa pada air tersebut terdapat 2 parameter kimia dan 1 parameter biologi yang tidak memenuhi standar. Yaitu Besi (Fe), Mangan (Mn), dan Bakteri. Nilai yang diperoleh dari hasil pengujian sampel awal air didapatkan bahwa kandungan logam Besi (Fe) sebesar 0,99 mg/L, untuk Magan (Mn) sebesar 0,952 mg/L, dan bakteri sebesar 46. Standar baku mutu air menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum bahwa batas maksimal yang diperbolehkan untuk Besi (Fe) adalah 0,3 mg/L, Mangan (Mn) adalah 0,4 mg/L, dan bakteri adalah 0. Selain itu, terdapat beberapa parameter standar baku mutu air yang juga tidak memenuhi persyaratan air untuk konsumsi rumah tangga yaitu warna dan bau. Dengan melihat kondisi kualitas air di lokasi tudi maka diperlukan perancangan alat penjernih air rumah tangga yang sederhana dan mudah dioperasikan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas air tanah di daerah studi, besar debit yang dapat dihasilkan dari alat penjernih, pemilihan alternatif terbaik dari variasi letak media penyaring antara alternatif 1 (arang aktif-zeolit-pasir silica-kerikil) dengan alternatif 2 (arang aktif-pasir silika-zeolit-kerikil), mengetahui kemampuan media filter untuk mengurangi nilai parameter kualitas air sesuai Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010. Debit yang dihasilkan oleh alat penjernih air sebesar 277,8 lt/jam (Alternatif 1) dan 258,6 lt/jam (Alternatif 2). Perubahan air secara fisik dapat terlihat setelah proses penjernihan, air yang dihasilkan menjadi jernih, tidak berbau dan terjadi peningkatan kualitas pada air. pH menjadi 7,2 (Alternatif I) dan 7,1 (Alternatif II), kekeruhan menjadi 1,3 mg/L (Alternatif I) dan 1,1 (Alternatif II), Besi (Fe) menjadi 0,14 mg/L (Alternatif I) dan 0,15 mg/L (Alternatif II), Mangan (Mn) menjadi 0,1 mg/L (Alternatif I) dan 0,1 mg/L (Alternatif II). DHL menjadi 553 mg/L (Alternatif I) dan 575 mg/L (Alternatif II). Nitrat menjadi 1,9271 mg/L (Alternatif I) dan 1,4531 mg/L (Alternatif II). Nitrit menjadi 0,017 mg/L (Alternatif I) dan 0,017 mg/L (Alternatif II). Kesadahan menjadi 9 mg/L (Alternatif I) dan 2 mg/L (Alternatif II). Klorida menjadi 23,04 mg/L (Alternatif I) dan 24,22 mg/L (Alternatif II). Sedangkan untuk Amonia, TDS dan bakteri hasil yang diperoleh tidak mengalami penurunan, Dari hasil uji Laboratorium dan besar debit yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga dalam satu hari maka susunan Alternatif II (arang aktif-pasir silika-zeolit-kerikil) adalah susunan alternatif terbaik.